Pengertian Pemasaran Menurut Para Ahli 2021
Pemasaran
Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Stanton, 1997).
Pengertian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran
sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang/jasa kepada pembeli secara individual maupun kelompok pembeli.
Kegiatankegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi
sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun
konsekuensi sosial perusahaan.
Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah
proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan
produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan
antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan apa
yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan, menawarkan, dan
pertukaran.
Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang
meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan
(demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan
jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara dan keberhasilan
perusahaan terhadap pemasarannya, yaitu: (1) Lingkungan Eksternal Sistem
Pemasaran. Lingkungan ini tidak dapat dikendalikan perusahaan, misalnya
kebebasan masyarakat dalam menerima atau menolak produk perusahaan, politik dan
peraturan pemerintah, keadaan perekonomian, kependudukan serta munculnya
pesaing; (2) Variabel Internal Sistem Pemasaran. Variabel ini dapat
dikendalikan oleh perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu sumber bukan
pemasaran (kemampuan produksi, keuangan, dan personal) dan komponen-komponen
bauran pemasaran yang meliputi: produk, harga, promosi, dan distribusi
(Swastha, 2002).
B.
Produk
Produk dapat di definisikan sebagai apa saja yang dapat memenuhi
keinginan atau kebutuhan dalam hal penggunaaan, konsumsi, atau akuisisi. Jadi,
produk termasuk objek (TV, radio, mobil), jasa (kesehatan, pendidikan), tempat
(New York, Bali), orang (Bill Clinton, Ronald Reagan), kegiatan (mengikuti
konte, mengunjungi klinik penurunan berat badan), dan ide (sudahkah anda
memeluk anak anda hari ini?).
Produk harus dipandang sebagai pemecah masalah jika mereka dibeli
karena manfaat yang dihasilkannya, bukan karena produk itu semata ( Kotler
& Amstrong, 2001: 264)
Atribut produk Pengembangan suatu produk mengharuskan perusahaan
memperhatikan atribut-atribut produk apa saja yang hendak dikembangkan dan mana
yang sebaiknya dipertahankan. Sebab apabila suatu produk memiliki atribut atau
sifat-sifat yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembelinya, maka produk
tersebut dianggap cocok oleh konsumen.Produk yang demikian akan menjadi produk
yang berhasil.
Pengertian atribut produk menuru Indriyo Gitosudarmo (1995:188)
adalah : “ suatu komponen yang merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar
produk-produk tersebut dapat memenuhikebutuhan dan keinginan yang diharapkan
oleh pembeli.”
Sedangkan pengertian atribut produk menurut Tjiptoyono (1995 : 188)
adalah: “unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan
dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk meliputi merek, harga,
rasa, kemasan, warna, dan lain-lain.”
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan atribut produk adalah unsur-unsur yang melekat pada suatu produk yang
menimbulkan manfaat bagi produk tersebut sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen.
C.
Kemasan
Kemasan meliputi juga
berbagai variasi seprti pembungkus langsung yang mungkin betul-betul
diperlukan, dan karton atau bagian luar yang mempunyai fungsi pajang serta
fungsi distribusi.
Setiap kemasan apapun sifatnya, membantu pengemasan memenuhi
peranannya dalam proses pemasaran. Kemasan ideal harus efektif melindungi
isinya, harus memberikan sumbangan yang realitas pada distribusi yang efektif,
dan harus dengan biaya yang efektif dalam pengertian tidak melebihi proporsi
manfaatnya. Bagaimanapun, fungsi yang paling penting adalah bagian yang
berperan dalam penjualan. Kemasan yang ideal secara bersama-sama dari segi
fungsional, ekonomi, dan penjualan Misalnya, kemasan tersebut harus mudah
dipegang, mudah dibuka, dan kelihatan bagus.
Kemasan seharusnya merupakan kesan singkat dari citra produk yang
ingin disampaikan oleh pabrik, dan kemasan haruslah terpadu dengan fungsi
produk. Memasukan identitas produk ke pikiran pelanggan merupakan bagian
penting dari pemasaran dan penjualan yang baik.
Kemasan memainkan peranan
penting dalam identitas produk karena kemasan merupakan penghubung yang penting
antara pabrik, pengecer, dan pelanggan. Kemasan merupakan bagian terpadu dari
rencana pemasaran dan harus mencerminkan tema promosi yang ingin disampaikan.
·
Membuat daya tarik pada kemasan
dan produk isinya.
·
Bertindak sebagai pengingat
iklan produk
·
Menciptakan dorongan untuk
membeli produk, karena telah diiklankan.
·
Mempromosikan citra merek jika
memungkinkan
Sedangkan pengertian dari kemasan menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
Peter Salim & Yenny Salaim mengartikan kemasan sebagai berikut:
“ Bungkus yang seharusnya digunakan untuk melindungi barang dagangan, hasil
produksi, dan sebagainya.”
Pendapat Eric Schulz ( 2003:114) mengenai kemasan adalah: “ Kemasan
adalah cara terbaik untuk menyampaikan kepada konsumen alas an yang paling
menarik dan tak terbantahkan agar membeli produk anda”
Kemasan yang umum digunakan oleh perusahaan di bagi menjadi tiga,
yaitu:
1. Kemasan primer Yang dimaksud sebagai kemasan primer adalah
kemasan dari sebuah produk, dengan kata lain kemasan primer adalah kemasan dari
produk eceran atau produk yang dijual satuan. Contoh dari kemasan primer adalah
bolpoint, pensil, kaset, minuman kaleng, dan produk lainnya yang dijual satuan.
2. Kemasan sekunder Kemasan sekunder adalah kemasan dari kemasan
primer. Kemasan sekunder ini berisi lebih dari satu atau beberapa produk yang
sudah memiliki kemasan. Contohnya satu pak bolpoint, satu pack minuman kaleng,
dan sebagainya.
3. Kemasan delivery Kemasn delivery adalah kemasan yang digunakan
untuk mengirim produkproduk, jadi kemasan delivery ini berisi beberapa produk
yang sudah dikemas baik secara primer maupun sekunder. Contohnya satu krat bir,
satu dus Indomie, dan sebagainya.
D.
Strategi Kemasan
Banyak bukti menunjukan bahwa iklan takkan mampu menjangkau semua
konsumen potensial dari sebuah produk, Bahkan kampanye atau iklan terbaik dan
termahal sekalipun hanya mampu menjangkau 70 persen dari target pemirsa.
Satusatunya tempat dimana perusahaan dijamin dapat berbicara dengan konsumen
mengenai produknya adalah pada saat pembelian. Hanya pada saat konsumen berdiri
di dekat rak took dan siap untuk memilih, sementara produk dari perusahaan itu
tepajang pada bagian kompetitif, saat itulah perusahaan tersebut mendapat
kesempatan 100 persen untuk menyampaikan mengapa orang tersebut harus membeli
merknya dan bukan merk perusahaan orang lain. Disinilah mengapa strategi
kemasan perlu dikembangkan oleh sebuah perusahaan karena pengemasan adalah
jalan terbaik untuk mengkomunikasikan alasan-alasan paling kuat dan meyakinkan
yang membuat konsumen membeli sebuah produk. Pengemasan menyampaikan
pesan-pesan kepada konsumen sampai pada saat mereka mengambil produk itu di rak
toko ( Eric Sculz,2003:100 )
Strategi kemasan itu sendiri adalah strategi pemasaran yang
diciptakan, dikembangkan, dan dikendalikan oleh bagian pemasaran dari sebuah
perusahaan untuk lebih memusatkan perhatiannya pada penciptaan, pengembangan
kemasan dari sebuah produk, supaya kosumen dapat menemukan alasan-alasan paling
kuat dan meyakinkan yang membuat mereka lebih memilih produk tersebut.
E.
Atribut Kemasan
Kemasan merupakan pembungkus dari sebuah produk yang dimana pada
dewasa ini telah mengalami perluasan fungsi. Perluasan fungsi tersebut kemudian
menuntut kemasan untuk memilik atribut yang dapat membuat sebuah produk dapat
memenuhi harapan konsumennya dan dapat memudahkan konsumennya dalam menggunakan
maupun mengingat produk tersebut.
Atribut dari kemasan sebuah
produk yang menurut penulis sering dijumpai dan umum digunakan dalam kemasan,
diantaranya adalah:
1. Merek pada kemasan Merek
adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan, atau kombinasi dari hal-hal
tersebut, yang dimaskudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa dari seorang
atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing (Kotler,
2000:460). Merek atau yang paling sering disebut sebagai nama sebuah produk,
merupakan unsur yang paling penting dari sebuah kemasan. Tanpa adanya merek
sebuah produk akan sulit dikenali oleh konsumennya, konsumen juga akan
meragukan produk tersebut dikemudian hari. Banyak orang bilang bahwa merek
secara dominan diwakili oleh desain visual yang mudah ditangkap artinya dan unik.
Padahal kalau dipelajari lebih dalam lagi, pengertian merek bukanlah demikian.
Ada makna khusus dari produk yang baru diluncurkan seperti yang dikemukakan
oleh Marty Neumeier ( 2003). Intinya adalah diferensiasi. Yakni sampai dimana
produk itu mampu membangun citra khusus, unik atau berbeda pada masyarakat
kosumen. Bila terdapat suatu citra merek produk, warna mereknya harus diseleksi
karena cocok untuk makanan, tetapi citra atau variasi yang berbeda dapat
dibedakan dengan panel berwarna yang sesuai agar mudah dibaca ( Danger, 1992:
198).
2. Gambar pada kemasan Faktor yang paling penting dalam mencapai
daya tarik pelanggan adalah daya tarik visual, dan ini sama sekali terlepas
dari sifat produk atau atribut lainnya seperti penambahan rasa (Danger, 1992:
21). Gambar merupakan unsur yang juga sering dijumpai pada kemasan sebuah
produk. Gambar pada kemasan dapat dijadikan daya tarik visual bagi sebuah
kemasan, denga adanya gambar yang menarik akan membuat konsumen tertarik dan
akhirnya membeli sebuah produk. Gambar ini juga digunakan sebagai ciri khas
dari sebuah produk yang dapat memudahkan konsumen untuk mengingatnya. Seperti
yang telah dikemukakan oelh Marty Neumier (2003) bahwa desain grafis dengan
konsep jelas, taktis dan strategis sangat membantu para tenaga penjual agar
lebih mudah menjual. Tidak semua usaha berhasil berkaitan dengan konsep
visualisasi ini. Intinya adalah diferensiasi. Yakni produk itu mampu membangun
citra khusu, unik atau berbeda pada masyarakat konsumen dengan gambar atau
logo.
3. Bentuk kemasan Bentuk sebuah kemasan merupakan pendorong utama
yang membantu menciptakan seluruh daya tarik visual. Bentuk sebuah kemasan
tentu saja berpengaruh terhadap penjualan, dan pengalaman ini menunjukan bahwa
perubahan bentuk dari sebuah kemasan menimbulkan suatu perbedaan (Danger,
1992:23). Sebagian besar konsumen secara tidak langsung dalam membeli sebuah
produk memiliki beberapa kriteria diantaranya adalah bahwa produk tersebut
praktis atau mudah digunakan dan mudah pula untuk dibawa, dibandingkan dengan
bentuk yang tidak praktis dan sulit untuk dibawa ditambah dengan ukuran yang
besar. Selain itu, bentuk yang unik dan identik dengan peusahaan, akan
memudahkan mereka untuk menemukan produk tersebut diantara ribuan produk di
toko dan memudahkan untuk mengingatnya (Eric Schulz, 2003:101-102). Untuk
produk yang di pasarkan di pasar swalayan atau toko, bentuk dan ukuran harus
diperhitungkan karena perusahaan hanya akan memiliki jatah beberapa persen saja
dari keseluruhan barang yang dijual di tempat tersebut. Dengan bentuk ukuran
yang efisien atau tidak banyak makan tempat, perusahaan tersebut akan dapat
meletakan produknya lebih banyak daripada produk lain yang sejenis di toko
tersebut. Yang menjadi pertimbangan dalam menentukan bentuk kemasan bagi konsumen
diantaranya adalah kemudahan pemakaian, kemudahan membawa dan kemudahan
penggunaannya.
4. Warna Kemasan Unsur lain dari kemasan adalah warna, sebagian
besar produk mengandalkan permainan warna dalam kemasan untuk menarik
konsumennya, memudahkan menemukan produk tersebut diantara ribuan produk
disebuah toko dan memudahkan konsumen untuk mengingatnya. Pemilihan warna
adalah salah satu hal yang sangat penting dalam menentukan respon dari
pengunjung, karena warna adalah hal yang pertama dilihat oleh pengunjung
(Idarmadi, 2003:2). Orang pertama-tama melihat warna kemasan. Bentuk,
penampilan, produk dalam kemasan diperhatikan kemudian. Warna sangat vital pada
penjualan secara spontan karena warna menarik perhatian pelanggan dan dapat
menciptakan penjualan; ini juga sangat penting pada pembelanjaan di supermarket
diman hany sedikit orang yang mempunyai waktu pertimbangan yang matang dan
disutulah kemasan yang berdaya tarik pada pelanggan menjadi kemasan yang
menjual (danger, 1992: 24). Warna memiliki konotasi indrawi yang sangat
penting. Satu penelitian menguji satu merek deodorant rool-on yang dikemas
dalam tiga tabung yang berbeda-beda. Kebanyakan responden menyimpulkan produk
berwarna tertentu cepat mongering dan efektif, produk kedua memilik aroma yang
kuat, dan produk ketiga tidak efektif dan bikin gatal. Reaksi konsumen bisa
berbeda-beda padahal produknya identik. Ini terjadi hanya karena factor
perbedaan warna kemasan saja (Sulaksana, 2003: 47).
5. Label kemasan Pada konteks sekarang, pemberian label berhubungan
dengan data yang harus mencakup pada kemasan, dan bukan pada signifikansi dari
label yang dipasang pada kemasan karena sebagai lawan dari cetak langsung.
Label pada kemasan terdiri atas informasi mengenai manfaat prodik, mengenai
cara penyajian, mengenai komposisi produk, berat, tanda yang jelas mengenai
bahaya, instruksi penyimpanan, harga, kode barang, dan isi kemasan (Danger,
1992 :137-138). Konsumen melakukan pembelian karena mereka mencari manfaat yang
disediakan produk tersebut. Sehingga, tempat terbaik unttk menyampaikan
manfaat-manfaat dari sebuah produk adalah pada bagian depan kemasan. Disinilah
perusahaan dapat mengatakan pada konsumen bahwa mereknya memberikan manfaat
yang diinginkan secara lebih baik dibandingkan produk-produk pesaing (Eric
Schulz, 2003: 100). Termasuk didalamnya adalah komposisi dari produk, pada
kemasan biasanya tercantum manfaat dari komposisi produknya. Tingginya
kesadaran akan pentingnya sumber makanan sehat mendorong konsumen untuk
mengetahui lebih banyak, bagaimana produk-produk tersebut dihasilkan dan cara
menguji kadar nutrisinya. Tuntutan ini pula yang akhirnya membuat produsen
membuka pintu lebar-lebar bagi kosumen, dan membeberkan rahasia atau teknik
penanaman sumber pangan tersebut (Radio Singapore International, 2004).
Informasi mengenai cara penyajian merupakan salah satu unsur yang banyak
dijumpai dalam kemasan. Dalam sebuah kemasan harus tercantum cara penyajian
karena dengan tercantumnya kemudahan penyajiannya akan membantu konsumen dalam
membuat produk tersebut dan mereka tidak akan mengalami kesulitan, jika tidak
konsumen akan meninggalkan produk tersebut ( Eric Schulz, 2003: 101).
F.
Fungsi Kemasan
Kemasan merupakan “pemicu” karena fungsinya langsung berhadapan
dengan konsumen. Dengan demikian, kemasan harus dapat memberikan impresi
spontan yang mempengaruhi tindakan positif konsumen ditempat penjualan
(Christine Suharto Cenadi, 2000: 2).
Dulu, boleh jadi kemasan dari sebuah produk seperti kemasan produk
makanan atau kemasan produk lainnya menitikberatkan fungsinya sekedar sebagai
pembungkus. Tetapi, seiring dengan perkembangan jaman dan perilaku konsumen,
kemudian fungsi kemasan pun menjadi berkembang lebih jauh dari hanya sekedar
pembungkus (Wacan Mitra, 2003: 50).
Perluasan fungsi tersbut menurut Wacana Mitra (2003:50) antara lain
meliputi :
1. Daya Tarik Sebagus apapun kualitas suatu produk, jika dijual di
pasar bebeas, niscaya tidaka akan memiliki daya tarik bagi kosumen jika
dikemasa secara seadanya. Karena itu, pasar swalayan, menjadikan daya tarik
kemasan sebagai salah satu penilaian terpenting diterima atau tidaknya produk
supplier.
2. Meningkatkan Citra produk
Kemasan yang didesain secara menarik mengesankan citra dan kualitas
yang baik dari produk makanan yang di dalamnya.
3. Sarana Promosi Untuk makanan yang lazim menerima pesanan seperti
cake, cookies, dsb, kemasan dapat berfungsi sebagai sarana promosi yang cukup
efektif. Karena itu, dalam kemasn perlu dicantumkan alamat lengkap produsen.
Selain produk makanan seperti nama toko atau tempat penjualan dai sebuah produk
juga dapat menjadikan kemasan sebagai saran promosi.
4. Meningkatkan Daya Beli Dengan adanya kemasan produk makanan
maupun minuman, akan memiliki waktu kadaluarsa yang lebih lama sehingga
memungkinkan untuk dipasarkan ke wilayah yang jauh. Sebagai contoh, di
kepualauan Riau banyak beredar layer cake merek Apollo produksi perusahaan
Malaysia. Cake tersebut dikemas dalam plastik kualitas bagus dengan desain
menarik ukuran kecil.
5. Gengsi Konsumen Untuk
produk tertentu yang ukurannya besar, kemasan cukup penting untuk menjaga
gengsi konsumen yang menentengnya, Misal, menenteng donat dengan kemasan Dunkin
Donuts tentu akan berbeda dengan menenteng donat dalam kemasan plastic kresek.
6. Praktis Dengan kemasan, konsumen dapat dengan mudah dan praktis
membawa produk seperti makanan atau minuman yang dibelinya kemana-mana. Karena
itu,bentuk makanan harus di desain dengan mempertimbangkan unsur kepraktisan.
G.
Kelebihan dan Kekurangan
Kemasan
Produk yang dikemas memiliki kelebihan dan kekurangan yang
diantaranya adalah:
1. Kelebihan Kemasan Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
kemasan memiliki perluasan fungsi, dimana perluasan fungsi ini antara lain:
Wacana Mitra (2003:50)
a. Menjadikan daya tarik bagi produk,
b. Meningkatkan citra produk di benak kosumen,
c. Sebagai saran promosi,
d. Meningkatkan daya tahan produk,
e. Menjaga gensi konsumen,
f. Praktis.
2. Kekurangan Kemasan Salah satu kekurangan dari produk yang dikemas
khusunya produk makanan dan minuman adalah (Dr. Ir. Ali Khomsan, 2001) karena
penggunaan bahan tambahan makanan (BTM). Walaupun keberadaan BTM ini dapat
memberikan keuntungan dan kelebihan pada produk makanan dan minuman, tetapi
beberapa BTM ini ada yang berbahaya jika dikonsumsi oleh manusia dan ada yang
merugikan tubuh jika di konsumsi berlebihan atau dalam jangka waktu yang
panjang. Keberadaan BTM adalah untuk membuat makanan tampak lebih berkualitas,
lebih menarik, serta rasa dan teksturnya lebih sempurna. Zat-zat itu
ditambahkan dalam jumlah sedikit, namun hasilnya sungguh menakjubkan,
penggunaan bahan pengawet yang paling banyak digunakan di Indonesia yang
seperti dikatakan di atas akan nerbahaya jika dikonsumsi maupun merugikan tubuh
jika digunakan dalam jangka waktu yang panjang, yaitu:
a. Sulfit Bahan pengawet sulfit dapat menyebabkan reaksi cukup fatal
bagi mereka yang peka. Bagi penderita asma, sulfite dapat menyebabkan sesak
nafas, gatal-gatal, dan bengkak. Sulfit digunakan untuk menghambat pertumbuhan
bakteri dan kapang. Jenis produk seperti jus buah, sossi, dan acar kering
sering menggunakan bahan pengawet ini.
b. Nitrit Pada tahun 1989 terdapat kasu biscuit beracun yang menelan
korban 38 jiwa manusia. Ini akibat mengkosumsi nitrit yang secara tidak sengaja
ditambahkan pada makanan karena kekeliruan, Nitri adalah pengawet pada daging.
Pada daging kalengan (corned) nitrit bisa digunakan dengan dosis 50 mg/kg
c. BHA atau BHT Jika makanan diawetkan, umumnya akan kehilangan
vitamin A dan E. kedua vitamin tersebut bersifat sebagai antioksidan dan untuk
mencegah terjadinya oksidasi yang menyebabkan kerusakan. Penggunaan BHA/BHT
juga sebagai antioksidan, namun sudah ada penelitian yang membuktikan bahwa
BHA/BHT sebenarnya kurang baik karena menyebabkan kelainan kromosom sel bagi
orang yang alergi terhadap aspirin.
Kelemahan lain dari kemasan khususnya untuk kemasan pemanen atau
tidak dapat di buka sebelum dibeli seperti kemasan makanan pada umumnya yang
tidak transparan, konsumen tidak dapat melihat secara langsung produknya.
Mereka hanya dapat melihat gambarnya pada kemasan saja, dalam keadaan demikian
konsumen dapat saja dirugikan karena produk pada gambar bisa saja berbeda
dengan pruduk yang sebenarnya yang terdapat dalam kemasan tersebut.
H.
Pengertian Perilaku Konsumen
Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara
langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di
dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan
kegiatan-kegiatan tersebut (Swastha dkk., 1997).
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan
bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu.
Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun
kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian
suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran
masing masing. Peran yang dilakukan tersebut adalah: (1) Initiator, adalah
individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu; (2) Influencer,
adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi
mengenai kriteria yang diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau
tidak; (3) Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa
yang akan dibeli, bagaimana membelinya; (4) Buyer, adalah individu yang
melakukan transaksi pembelian sesungguhnya; (5) User, yaitu individu yang
mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian
terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar
program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa
membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi
perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan
program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran
perusahaan.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
(1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen
akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan
pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang
telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan
marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa
produk yang lain;
(2) Teori Psikologis. Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor
psikologis individu yang dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang
psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena
proses mental tidak dapat diamati secara langsung;
(3) Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian
dari suatu kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti
kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya
I.
Model Prilaku Konsumen
Pemahaman terhadap prilaku
konsumen sangat penting untuk keberhasilan system pemasaran perusahaan. Oleh
karena itu, perusahaan harus meneliti hubungan antara rangsangan pemasaran
dengan tanggapan konsumen yang secara sederhana ditunjukan pada gambar berikut
( Philip Kotler,1985: 203).
|
Rangsangan dari luar |
|
pemasaran |
|
lain lain |
harga |
|
ekonomi |
produk |
|
politik |
distribusi |
|
teknologi |
promosi |
|
kebutuhan |
|
Kotak hitam pembeli |
|
ciri ciri pembeli |
|
proses keputusan pembeli |
Keputusan pembeli |
pilihan produk |
pilihan merek |
pilihan penjualan |
waktu pembelian |
jumlah pembelian |
Gambar diatas menunjukan hubungan antara rangsangan pemasaran dengan
tanggapan konsumen.
J.
Persepsi Konsumen
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh
setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 pendengaran
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah
terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suat penafsiran yang unik
terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.
Menurut Leon G. Schiffman dan Leslie Lazar Kaanuk (1994 : 162),
persepsi didefinisikan sebagai berikut: “the process by which an individual
selects, organized, and interprest stimuli into a meaningful and coherent
picture of the world.” Dimana stimuli merupakan setiap bentuk fisik, visual
atau komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu sehinnga
menghasilkan persepsi konsumen akan hal tersebut. Sedangkan persepsi konsumen
merupakan suatu proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi, diorganisasi,
dan diinterpretasikan.
Sedangkan menurut Micahel R. Solomon (1996), persepsi adalah proses
yang digunakan oleh seorang individu untuk memilih, mengorganisasi, dan
menginterpretasi masukan-masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang
memiliki arti. Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda atas objek yang sama.
Beberapa faktor perbedaan pandangan antar individu:
Pengaruh tampilan fisik (physical apprearances). Dimana individu
cenderung mengasosiasikan suatu bentuk fisik dari objek yang diamati termasuk
satu pernyataan dan pandangan yang berlaku umum. Misalnya: warna putih
menunjukkan sesuatu yang bersih, maka banyak pemasar memakai warna itu untuk
produk pembersih pakaian
Gaya meniru (stereotypes).
Individu cenderung untuk mengartikan sebuah gambar atau tampilan dalam pikiran
mereka dari yang sesuai dengan stimuli yang mendorongnya. Misalnya: penampilan
seorang figur atau idola yang menggunakan produk tertentu cenderung akan ditiru
oleh konsumen
Isyarat yang menyimpang (irrelevant cues). Jika pertimbangan yang
dibutuhkan untuk membentuk keputusan dirasakan sulit, konsumen biasanya
terpaksa mengambil keputusan dengan mempertimbangkan hal-hal diluar spesifikasi
dasar produk tersebut. Misal: konsumen membeli mobil tidak didasarkan pada
spesifikasi mobil tetapi hanya melihat model, warna, atau penampilan mobil itu.
Kesan pertama (first impression). Kesan pertama cenderung diabadikan
dalam benak konsumen. Mereka akan menangkap positif atau negatif dari suatu
produk tergantung bagaimana produk itu memposisikannya dalam benak konsumen.
Misal: memposisikan produk dengan harga yang paling murah PLAGIAT MERUPAKAN
TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
Pengaruh penilaian
(hallo effect). Persepsi seseorang cenderung dipengaruhi orang lain. Jika orang
lain menganggap baik suatu produk, maka konsumen biasanya percaya atas penilaian
itu.
K.
Minat
Minat merupakan salah satu factor psikologis manusia yang sangat
penting untuk kemajuan manusia dan keberhasilan diri seseorang. Minat juga
merupakan pendorong bagi seseorang untuk terlibat secara aktif dan mengarahkan
perhatian pada objek yang ia sukai.
Banyak factor yang mempengaruhi minat seseorang, diantaranya status
social, tingkat ekonomi, umur, bakat, pengetahuan, pekerjaan, kepribadian, dan
lain-lain. Selain itu juga, seseorang akan memiliki minat terhadap objek
tertentu apabila sebelumnya telah memiliki persepsi positif terhadap objek itu.
Persepsi merupakan penafsiran, pemberian makna, atau pengertian terhadap objek
tertentu sebagai hasil suatu pengamatan (Agus Puji Susanto, 2007).
Definisi dari minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam
subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang
pada bidang tersebut (Winkel,1987: 30).
Pendapat lain mengatakan bahwa minat merupakan suatu keadaan dimana
seseorang menaruh perhatian terhadap objek tertentu disertai dengan adanya
kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan objek tersebut (Bimo
Walgito, 1997: 38).
L.
Minat beli konsumen
Konsumen membentuk intensi untuk membeli produk atau jasa yang di
sukai, dipengaruhi oleh :
1. Sikap atau pendirian orang lain. Kekuatan pendirian orang lain
dapat mengurangi alternative yang disukai seseorang tergantung pada intensitas
pendirian negatif orang lain terhadap alternative yang disukai konsumen dan
motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain. Semakin kuat sikap
negatif orang lain, dan semakin dekat orang lain tersebut, konsumen akan
semakin menyesuaikan intensi pembeliannya.
2. Faktor situasi yang tidak diantisipasi Konsumen membentuk suatu
intensi pembelian atas dasar faktor-faktor seperti pendapatan keluarga yang
diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat produk yang diharapkan. Bila
konsumen bertindak, tetapi factor situasi yang tidak terantisipasi terjadi,
kemungkinan akan mengubah minat pembelian tersebut.
3. konsep diri atau kepribadian Menurut Kotler ( 1996: 161), setiap
orang mempunyai kepribadian yang berbeda yang akan mempengaruhi perilaku
membeli. Yang dimaksud kepribadian adalah ciri-ciri psikologis yang membedakan
seseorang, yang menyebabkan terjadinya jawaban yang secara relatif tetap dan
bertahan lama terhadap lingkungannya. Kepribadian orang biasanya digambarkan
dengan istilah seperti: percaya diri, gampang mempengaruhi, berdiri sendiri,
menghargai orang lain, bersifat social, sifat membela diri dan dapat
beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang bermanfaat untuk
menganalisis perilaku penbeli dan berdasarkan hal itu kepribadian dapat
diklasifikasi, dianalisis kuat-lemahnya korelasi antara tipe kepribadian
tertentu dengan pilihan produk atau merek tertentu. Mislnya, sebuah perusahaan
komputer pribadi mungkin menemukan bahwa banyak calon pembeli mempunyai
kepribadian yang kuat dalam percaya diri, gampang mempengaruhi, dan mandiri.
Hal ini berarti bahwa dapat dipakai suatu pendekatan periklanan yang
memproyeksi kualitas-kualitas tersebut kepada orang-orang yang membeli atau
memiliki komputer.
4. Motivasi Aspek motivasi dapat mempengaruhi benak calon pembeli
ketika akan melakukan keputusan pembelian. Seseorang menaruh minat untuk
membeli suatu produk. Mengapa demikian? Apakah yang sebenarnya dia cari?
Kebutuhan apakah yang coba ia puaskan?
Seseorang mempunyai beberapa
kebutuhan yang berbeda pada suatu waktu. Kebutuhan dapat muncul dari fisiologis
seperti lapar, dahaga, dan tidak nyaman. Dan sebagian muncul dari ketegangan
psikologis seperti kebutuhan untuk diakui, harga diri atau merasa diterima oleh
lingkungannya.
Apakah seseorang membutuhkan suatu produk karena ia memang
membutuhan hal itu sebagai kebutuhan fisiologis, atau hanya karena beberapa
teman menggunakannya, maka ia juga ikut menggunakannya.
Dua macam bentuk kebutuhan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemasar
atau perusahaan untuk menarik calon konsumen untuk melakukan pembelian (
Kotler, 1990:169)
M.
Pengaruh kemasan terhadap minat
beli konsumen
Kemasan kini disadari oleh
produsen bukan lagi hanya memiliki fungsi melindungi dan membungkus produk.
Persaingan produk yang semakin ketat di pasar mengharuskan produsen untuk
berfikir keras meningkatkan fungsi kemasan untuk dapat memberikan daya tarik
kepada konsumen melalui aspek artistik, warna, grafis, bentuk maupun desainnya.
Banyak konsumen yang membeli secara sadar akan suatu produk karena tertarik
pada suatu produk karena alasan warna, bentuk dari kemasan. Belum lagi konsumen
yang membeli karena impulse buying, gara-gara menariknya desain, atau bentuk
kemasan suatu produk. Sehingga kemasan menjadi sangat efektif untuk mendorong
konsumen membeli suatu produk. (Danger,1992) Sedangkan menurut Eric Sculz
(2003), strategi kemasan itu sendiri adalah strategi pemasaran yang diciptakan,
dikembangkan, dan dikendalikan oleh bagian pemasaran dari sebuah perusahaan
untuk lebih memusatkan perhatiannya pada penciptaan, pengembangan kemasan dari
sebuah produk, supaya kosumen dapat menemukan alasan-alasan paling kuat dan
meyakinkan yang membuat mereka lebih memilih produk tersebut.
N.
Kerangka berpikir
O.
Hipotesa
ada pengaruh faktor merek pada kemasan, gambar pada kemasan, bentuk
kemasan, warna kemasan dan label pada kemasan secara bersama-sama terhadap
minat beli konsumen.
Komentar
Posting Komentar