Sistem Informasi Pemasaran - Tinjauan Pustaka Bab II

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

  

A.    Sistem Informasi Manajemen

Teknologi komputer  telah membawa manusia ke era informasi yang mengalir tiada batas. Informasi diperlukan manusia untuk menyelesaikan berbagai keperluan hidupnya, termasuk kehidupan di dalam pekerjaannya, termasuk kehidupannya di dalam organisasi. Perkembangan teknologi komputer sebagai alat pengolah data menjadi informasi, maka pekerjaan informasi yang rumit dalam organisasi sangat banyak mengalami perubahan dan kemudahan.

Sistem Informasi Manajemen terdiri dari tiga kata yang berlainan arti yang masing-masing kata tersebut memiliki pengertian. Definisi dari ketiga kata tersebut peneliti akan sajikan penjelasan secara terperinci.

1.      Sistem

Organisasi baik itu pemerintah maupun swasta merupakan sebuah sistem yang terdiri dari orang-orang untuk mencapai tujuan tertentu. Azhar Susanto (2002: 18) mengemukakan definisi sistem sebagai berikut: “Sistem adalah kumpulan/Group dari sub-sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sistem dapat diakatakan sebagai kumpulan dari keseluruhan sub-sub sistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Definisi sistem menurut Oemar Hamalik (1993:19), menyatakan: “Sistem adalah suatu keseluruhan atau totalitas yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub sistem atau komponen-komponen yang saling berinteraksi satu sama lain dan dengan keseluruhan itu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Sistem menurut Onong Uchjana Effendy (1996:48) didefinisikan secara umum: “Sistem adalah sebagai suatu totalitas himpunan benda-benda atau bagian-bagian yang satu sama lain berhubungan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang terpadu untuk mencapai tujuan tertentu”. Dikatakan sistem meliputi bagian-bagian yang berinteraksi dan beroperasi untuk mencapai tujuan tertentu. Bagian-bagian atau subsistem-subsistem ini merupakan suatu kompleksitas tersendiri, tetapi dalam mencapai tujuan yang ditentukan sub-sistem yang satu dengan sub-sistem yang lain beroperasi secara harmonis.

Definisi sistem menurut Gordon B. Davis yang diterjemahkan oleh Adiwirdana (1999:67) sebagai berikut:

“Sistem dapat abstrak maupun fisik, sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan teratur gagasan atau konsepsi yang saling tergantung. Sebagai contoh sebuah sistem teologi adalah susunan yang teratur dari gagasan-gagasan tentang tuhan, manusia dan sebagainya. Sistem yang bersifat fisik adalah serangkaian unsur yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan”.

 

Definisi di atas dapat dikatakan bahwa sistem dapat bersifat abstrak maupun fisik dimana keduanya merupakan unsur atau prosedur yang bekerjasama dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.

Jogiyanto Hartono (2000:683) mendefinisikan suatu sistem sebagai berikut: “Suatu sistem dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau subsistem yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan”. Sistem juga didefinisikan oleh Edhy Sutanta (2003:4)menyatakan: “Sistem adalah sebagai sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling bekerja sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan”.

Sistem diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang. Jogiyanto Hartono (2000:687) mengemukakan klasifikasi dari suatu sistem sebagai berikut:

“Sistem dapat diklasifikasikan adalah:

1.       Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak dan sistem phisik. Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara phisik. Sedangkan sistem phisik merupakan sistem yang ada secara phisik.

2.       Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah dan sistem buatan manusia. Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak buatan manusia. Sistem buatan adalah sistem yang dirancang oleh manusia, sistem buatan manusia melibatkan interaksi antara manusia dengan mesin yang disebut dengan istilah human-machine system atau ada yang menyebut man-machine system.

3.       Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu dan sistem tak tentu. Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi interaksinya diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti, sehingga keluaran dari sitem dapat diramalkan. Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilaitas.

4.       Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup dan sistem terbuka. Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luar. Secara teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi pada kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah secara relatip tertutup, tidak benar-benar tertutup. Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang lainnya. Karena sistem sifat terbuka dan terpengaruh oleh lingkungan luarnya, maka suatu sistem harus mempunyai suatu sistem pengendalian yang baik. Sistem yang baik harus dirancang sedemikian rupa, sehingga secara relatip tertutup karena sistem tertutup akan bekerja secara otomatis, terbuka hanya untuk pengaruh yang baik”.

Kutipan di atas menunjukkan bahwa sistem dapat dibedakan ke dalam 4 klasifikasi berdasarkan wujudnya yaitu abstrak dan fisik, menurut asalnya sistem alamiah dan sistem buatan, berdasarkan tujuan adalah sistem tertentu dan sistem tak tentu, dan berdasarkan sifatnya sistem tertutup dan sistem terbuka. Klasifikasi ini akan memudahkan kita dalam membedakan jenis sistem apa yang dipakai dalam organisasi.

Sistem mempunyai karakteristik, Edhy Sutanta (2003:4-6), menyatakan karakteristik dari suatu sistem, sebagai berikut:

"Karakteristik sistem meliputi:

1.       Mempunyai komponen (components)

Komponen sistem adalah segala sesuatu yang menjadi bagian penyusun sistem. Komponen sistem dapat berupa benda nyata ataupun abstrak. Komponen sistem disebut sebagai subsistem, dapat berupa orang, benda, hal atau kejadian yang terlibat di dalam sistem.

2.       Mempunyai batas (boundry)

Batas sistem diperlukan untuk membedakan satu sistem dengan sistem yang lain. Tanpa adanya batas sistem, maka sangat sulit untuk menjelaskan suatu sistem. Batas sistem akan memberikan batasan scope tinjauan terhadap sistem.

3.       Mempunyai lingkungan (environments)

Lingkungan sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan sistem dapat menguntungkan ataupun merugikan. Umumnya, lingkungan yang menguntungkan akan selalu dipertahankan untuk menjaga keberlangsungan sistem. Sedangkan lingkungan sistem yang merugikan akan diupayakan agar mempunyai pengaruh seminimal mungkin, bahkan jika mungkin ditiadakan.

4.       Mempunyai penghubung/antar muka (interface) antar komponen

Penghubung/antar muka merupakan komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang bertugas menjebatani hubungan antar komponen dalam sistem. Penghubung/antar muka merupakan sarana yang memungkinkan setiap komponen saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam rangka menjalankan fungsi masing-masing komponen. Dalam dunia komputer, penghubung/antar muka dapat berupa berbagai macam tampilan dialog layar monitor yang memungkinkan seseorang dapat dengan mudah mengoperasikan sistem aplikasi komputer yang digunakan.

5.       Mempunyai masukan (input)

Masukan merupakan komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang perlu dimasukan ke dalam sistem sebagai bahan yang akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan keluaran yang akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan keluaran yang berguna. Dalam Sistem Informasi Manajemen, masukan di sebut sebagai data.

6.       Mempunyai pengolahan (processing)

Pengolahan merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama mengolah masukan agar menghasilkan keluaran yang berguna bagi para pemakainya. Dalam Sistem Informasi Manajemen, pengolahan adalah berupa program aplikasi komputer yang dikembangkan untuk keperluan khusus. Program aplikasi tersebut mampu menerima masukan, mengolah masukan, dan menampilkan hasil olahan sesuai dengan kebutuhan para pemakai.

7.       Mempunyai keluaran (output)

Keluaran merupakan komponen sistem yang berupa berbagai macam bentuk keluaran yang dihasilkan oleh komponen pengolahan. Dalam Sistem Informasi Manajemen, keluaran adalah informasi yang dihasilkan oleh program aplikasi yang akan digunakan oleh para pemakai sebagai bahan pengambilan keputusan.

8.       Mempunyai sasaran (objectives) dan tujuan (goal)

Setiap komponen dalam sistem perlu dijaga agar saling bekerja sama dengan harapan agar mampu mencapai sasaran dan tujuan sistem. Sasaran berbeda dengan tujuan. Sasaran sistem adalah apa yang ingin dicapai oleh sistem untuk jangka waktu yang relatif pendek. Sedangkan tujuan merupakan kondisi atau hasil akhir yang ingin dicapai oleh sistem untuk jangka waktu yang panjang. Dalam hal ini, sasaran merupakan hasil pada setiap tahapan yang mendukung upaya pencapaian tujuan.

9.       Mempunyai kendali (control)

Setiap komponen dalam sistem perlu selalu dijaga agar tetap bekerja sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing. Hal ini bisa dilakukan ada bagian yang berperan menjaganya, yaitu bagian kendali. Bagian kendali mempunyai peran utama menjaga agar proses dalam sistem dapat berlangsung secara normal sesuai batasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam sistem Informasi Manajemen, kendali dapat berupa validasi proses, maupun validasi keluaran yang dapat dirancang dan dikembangkan secara terprogram.

10.    Mempunyai umpan balik (feed back)

Umpan balik diperlukan oleh bagian kendali (control) sistem untuk mengecek terjadinya penyimpangan proses dalam sistem dan mengembalikannya ke dalam kondisi normal”.

 

Kerakteristik dari sistem di atas dapat digunakan untuk menilai atau sebagai pedoman agar sistem yang dijalankan dapat berjalan lancar dan mempunyai su-sub sistem yang komplit sehingga tujuan dapat tercapai.


Sub sistem berkaitan dengan subsistem lainnya dihubungkan oleh interface, membentuk satu kesatuan guna mencapai objective, dan pada akhirnya diharapkan akan mencapai goal. Suatu subsistem bisa jadi memuat komponen input, process, dan output yang dikendalikan oleh bagian control yang melakukan kendali berdasarkan feedback. Subsistem 1 dalam suatu sistem bisa juga berperan sebagai input bagi subsistem 2 yang berperan sebagai process.

Model umum suatu sistem adalah terdiri atas masukan (input), pengolah (process), dan keluaran (output), sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.2 berikut:


Berdasrakan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa yang dimaksud dengan sistem adalah satu kesatuan atau suatu kumpulan dari komponen atau sub sistem-sub sistem yang saling berinteraksi dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu.

  

2.      Informasi

Informasi merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan perusahaan. Informasi dapat dikelola seperti sumber daya lainnya, dengan demikian perusahaan dituntut untuk memberikan perhatian lebih terhadap informasi. Dikemukakan oleh Azhar Susanto (2002: 2-4) sebagai berikut :

“Saat ini dan masa mendatang perhatian terhadap informasi akan terus meningkat hal ini disebabkan oleh :

1.       Semakin meningkatnya aktivitas bisnis maka akan menyebabkan semakin kompleknya permasalahan dan komunikasi yang dihadapi oleh suatu organisasi perusahaan sebagai pelaku bisnis.

2.       Semakin tingginya kemampuan komputer yang melahirkan berbagai kemungkinan aplikasi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi suatu organisasi.

Beberapa  faktor yang memberi sumbangan terhadap kompleksitas aktivitas bisnis adalah :

1.       Berubahnya landasan ekonomi dunia dari ekonomi yang berlandaskan kepada industri ke ekonomi yang berlandaskan informasi.

2.       Pengaruh ekonomi internasional, semua perusahaan di seluruh dunia sangat dipengaruhi oleh masalah ekonomi.

3.       Persaingan global, dengan adanya globalisasi perusahaan tidak hanya bersaing dengan perusahaan sejenis yang ada di dalam negeri tetapi perusahaan tersebut juga bersaing dengan perusahaan lain yang ada di luar negeri.

4.       Meningkatnya kompleksitas teknologi, digunakanya teknologi dalam aktivitas bisnis sehari-hari.

5.       Menyempitnya ruang waktu, aktivitas bisnis saat ini dapat berlangsung begitu cepat.

6.       Masalah sosial, semua keputuan bisnis harus didasarkan pada faktor-faktor ekonomi tetapi juga jangan dilupakan dampaknya terhadap biaya sosial dan dampaknya terhadap lingkungan yang harus dibayar.

 

Beberapa dampak dari perkembangan komputer bagi organisasi perusahaan adalah :

1.       Semakin banyaknya alternatif pemecahan masalah menyebabkan semakin meningkatnya waktu yang harus dikeluarkan agar penggunaan komputer tepat guna.

2.       Meningkatnya persaingan, perusahaan yang tidak mampu membangun sistem informasi yang tepat guna, maka perusahaan tersebut tidak akan dapat bersaing dengan perusahaan lainnya yang ditunjang sistem informasi berbasis komputer yang baik.

3.       Meningkatnya disiplin, disiplin dalam penggunaan sistem operasi dan prosedur suatu organisasi perusahaan.

4.       Meningkatnya komunikasi data atau informasi secara digital.”.

 

Informasi sebagaian besar digunakan oleh manajemen dalam lingkup organisasi, oleh karena itu informasi sangat penting bagi kelancaran kegiatan perusahaa dalam mencapai tujuannya.

Informasi menurut pendapat Gordon B. Davis (1999:28), sebagai berikut: “Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang”.

“Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau masa mendatang”.

 

Sedangkan data adalah :

“Kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda, dan sebagainya yang terbentuk dari karakter, yang dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus”.

 

Istilah data dan informasi sering tertukar pemakaiannya, tetapi ada perbedaan bahwa data sebagai bahan baku yang diolah untuk memberikan informasi, selain itu informasi dihubungkan dengan pengambilan keputusan dengan demikian informasi dianggap memiliki nilai lebih tinggi daripada data.

Hubungan data dengan informasi adalah seperti bahan baku sampai barang jadi, seperti digambarkan oleh Gordon B. Davis (1993: 28) sebagai berikut:


Data yang telah diolah menjadi informasi akan digunakan oleh manajemen dengan menggunakan konsep sistem untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Gordon B. Davis (1993: 29-30) terjemahan Andreas S. Adiwardana. Informasi dalam lingkup sistem informasi memiliki beberapa ciri sebagai berikut :

“1. Benar atau salah. Berhubungan dengan realita atau tidak.

2.       Baru. Informasi masih baru dan segar bagi penerimanya.

3.       Tambahan. Informasi dapat mempengaruhi atau memberikan tambahan baru pada informasi yang telah ada.

4.       Korektif. Informasi dapat menjadi koreksi atas informasi yang salah atau palsu sebelumnya.

5.       Penegas. Informasi dapat mempertegas terhadap informasi yang telah ada”.

 

Definisi di atas menunjukkan bahwa informasi dalam sebuah lingkup sistem informasi mempunyai batasan untuk dijadikan ciri daripada informasi tersebut yaitu: benar, baru, tambahan, korektif, dan penegas, sehingga dapat diukur bahwa informasi tersebut bisa diandalkan untuk kepentingan pengambilan keputusan. Edhy Sutanta (2003: 10) memberikan definisi terhadap informasi, sebagai berikut: “Informasi merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung pada saat mendatang”.

Informasi merupakan salah satu jenis sumber daya yang paling utama yang harus dimiliki oleh suatu organisasi apapun jenis organisasi tersebut. Tanpa informasi maka tidak akan ada organisasi. Informasi melalui komunikasi menjadi perekat bagi suatu organisasi sehingga organisasi tersebut bisa bersatu. Melihat perannya yang begitu penting bagi suatu organisasi maka informasi, sebagaimana sumberdaya lainnya, harus dikelola dengan baik. Jogiyanto Hartono (2000:692), informasi dapat didefinisikan, sebagai berikut: “Informasi adalah sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk mengambil keputusan”. Informasi mempunyai arti penting bagi dunia usaha kerana dapat menghilangkan ketidakpastian dan dipakai dasar bagi peminpin dalam mengambil keputusan.

Informasi dapat mempunyai beberapa fungsi yang dikemukakan oleh Edhy Sutanta (2003:27)  antara lain:

“Informasi mempunyai fungsi:

1. Menambah pengetahuan

Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerimanya yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan.

2. Mengurangi ketidakpastian.

Adanya informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebalumnya, sehigga menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan.

 

3. Mengurangi resiko kegagalan.

Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat.

4. Mengurangi keanekaragaman atau variasi yang tidak diperlukan.

Adanya informasi akan mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan, karena keputusan yang diambil lebih terarah.

5. Memberi standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan-keputusan yang menentukan pencapaian sasaran dan tujuan.

Adanya informasi akan memberikan standar, aturan, ukuran, dan keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh. 

 

 

 

Berdasarkan fungsi-fungsi informasi tersebut di atas bahwa informasi mempunyai kegunaan untuk menambah pengetahuan, mengurangi ketidapastian, mengurangi kegagalan, mengurangi apa yang tidak diperlukan, dan memberikan standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran dan keputusan-keputusan, sehingga dengan fungsi-fungsi tersebut diharapkan pengguna informasi akan terhindar dari kesalahan dan bahkan diharapkan bisa mencapai tujuan dengan maksimal.

Onong Uchjana Effendy (1996:76), yang mengutip pernyataan R.J. Beishon menjelaskan pengertian informasi, sebagai berikut :

“Informasi diinterprestasikan, barangkali, lebih luas daripada biasanya, yang mencakup isyarat dan data yang diterima seorang manajer sehari-harinya, apakah itu tampak bersangkutan dengan pekerjaan atau tidak. Pendekatan seperti ini memandang hal-hal seperti ekspresi wajah dan gerak isyarat sebagai informasi, demikian pula hal-hal yang lebih jelas seperti memo dan pesan melalui telepon”.

 

Definisi di atas dapat dijelaskan bahwa informasi tidak hanya berbentuk data tapi juga bisa berbentuk ekspresi wajah dan gerak isyarat untuk memberikan sesuatu kepada yang dituju.


Data melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali melalui suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus.

Manfaat suatu informasi ditentukan oleh kualitas dari informasi itu sendiri. Menurut Mc Leod yang kutip oleh Azhar Susanto (2002: 40-41), mengatakan suatu informasi yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:

“1. Akurat, artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pengujian terhadap hal ini biasanya dilakukan melalui pengujian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang berbeda dan apabila hasil pengujian tersebut menghasilkan hasil yang sama maka dianggap data tersebut akurat.

2.       Tepat waktu, artinya informasi itu harus tersedia atau ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa jam lagi.

3.       Relevan, artinya informasi yang diberikan harus sesuai dengan yang dibutuhkan. Kalau kebutuhan informasi ini untuk suatu organiasi maka informasi diberbagai tingkatan dan bagian yang ada dalam organiasi tersebut.

4.       Lengkap, artinya informasi harus diberikan secara lengkap. Misalkan informasi tentang penjualan tidak ada bulannya atau tidak ada data fakturnya”.

 

Informasi merupakan hasil dari pengolahan data, akan tetapi tidak semua hasil dari pengolahan tersebut bisa menjadi informasi, hasil pengolahan data yang tidak memberikan makna atau arti serta tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah merupakan informasi bagi orang tersebut.

 

3.      Manajemen

Definisi dari majemen banyak dikemukakan oleh para ahli yang dapat kita kaji dari berbagai indikator. Peneliti akan mengemukakan pendapat para ahli di bidang administrasi dan manajemen mengenai pengertian manajemen. Soewarno Handayadiningrat (1996: 18) menyatakan definisi manajemen, sebagai berikut: “Manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri dari berbagai bagian atau komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan yang diorganisasi sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.

George R. Terry yang dikutip oleh Onong Uchjana (1996:7), dengan memandangnya dari sudut proses menyatakan pengertian manajemen, yaitu: “Manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian, penggiatan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya”.

Pendapat Azhar Susanto (2002:68), mengenai manajemen, yaitu: “Manajemen dipandang sebagai upaya atau proses pencapian tujuan dengan menggunakan orang lain”. Pengertian lain mengenai manajemen dikemukakan oleh Miftah Toha yang dikutip oleh Ulbert Silalahi (1999: 136),  menyatakan: Manajeman sebagai aktivitas menggerakan segenap orang dan mengarahkan semua fasilitas yang dipunyai oleh sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Bukunya yang sama Ulbert Silalahi yang mengutip pandapat Sondang P. Siagian yang mengemukakan definisi mengenai Manajemen (1999:137), sebagai berikut: “Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”.

Definisi manajemen menurut Terry  yang dikutip oleh Effendi (1996:70, sebagai berikut: “Manajemen merupakan sebuah proses yang luas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: Perencanaan, pengawasan, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya”.

Edhy Sutanta dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen (2003: 17), mengemukakan pengertian lain mengenai manajemen, yaitu: “Manajemen dapat diartikan sebagai proses memanfaatkan berbagai sumberdaya yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan”.

Definisi di atas mencakup sekaligus fungsi-fungsi fundamental dalam bentuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan itu. Tindakan-tindakan tersebut untuk umum dikenal sebagai “P.O.A.C”, yang di kemukakan oleh Goerge Terry dikutip oleh Soewarno Handayadiningrat (1996:18), sebagai singkatan dari :

“1. Perencanaan (Planning)

Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal hal yang akan di kerjakan dimasa yang akan dating dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

2.       Pengorganisasian (Organization)

Keseluruhan proses pengelompokan orang orang, alat alat, tugas tugas, tanggung jawab dan wewenag sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai satu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

3.       Pergerakan (Actuating)

Keseluruhan proses pemberian motif bekerja pada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomis.

4.       Pengawasan (Controling)

Proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi  untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang yang sedang di lakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya”.

 

Berdasarkan pengertian di atas peneliti dapat menarik kesimpulan, bahwa manajemen merupakan proses kegiatan seorang manajer dengan menggunakan pemikiran baik secara ilmiah maupun praktis untuk mencapai tujuan melalui adanya suatu jalinan hubungan kerja sama dengan orang lain sebagai sumber tenaga kerja serta dapat memanfaatkan sumber-sumber yang lainnya dan waktu yang tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya.

 

4.      Definisi Sistem Informasi Manajemen

Sistem informasi manajemen adalah sebuah sistem selain malakukan pengolahan transaksi yang perlu bagi organisasi, juga memberi dukungan informasi dan pengolahan untuk fungsi manajemen dan pengambilan keputusannya. Raymond Mc. Leod Jr (1996: 30) dalam buku sistem informasi manajemen diterjemahkan Hendra Teguh memberikan batasan mengenai sistem informasi manajemen, yaitu : “Sistem informasi manajemen (SIM) adalah sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa”.

Sistem Informasi Manajemen menurut Gordon B. Davis (1999:3),  adalah sebagai berikut: “Sistem informasi manajemen, istilah yang umum dikenal orang adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (Integrated), untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi”. Sistem Informasi Manajemen merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen dalam mengambil keputusan.

Menurut Goerge M. Scott (2002: 100) diterjemahkan oleh Achmad Nashir Budiman mengatakan sebagai berikut :

“Sistem informasi manajemen (SIM) adalah serangkaian sub-sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi secara rasional terpadu yang mampu mentranspormasi data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan”.

 

Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskan bahwa sistem informasi manajemen merupakan serangkaian sub-sub sistem informasi yang terkoordinasi secara terpadu untuk mengubah data menjadi informasi melalui cara untuk meningkatkan produktivitas dengan kriteria dan kebutuhan. Buku yang sama, George M. Scott (2002:69), mengemukan pengertian Sistem Informasi Manajemen, yaitu: ”Sistem Informasi Manajemen adalah sekumpulan sistem informasi yang saling berinteraksi, yang memberikan informasi baik untuk kepentingan operasi maupun manajerial.

Pendapat lain tentang Sistem Informasi Manajemen yang ditulis oleh Vincent Gaspersz (1998:17) sebagai berikut:

 

 

Sistem Informasi Manajemen adalah jaringan prosedur pengolahan data yang dikembangkan dalam suatu organisasi dan disatukan apabila dipandang perlu dengan maksud memberikan data kepada manajemen setiap waktu diperlukan, baik data yang bersifat intern: maupun yang bersifat ekstern untuk dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.

 

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa sistem informasi manajemen merupakan jaringan pengolahan data yang diperlukan setiap waktu baik data intern maupun data ekstern sebagai dasar pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan organisasi.

Gordon B. Davis (1999:15-16) mengemukakan pokok-pokok Sistem Informasi Manajemen, yaitu sebagai berikut:

“1. Informasi

Informasi menambahkan sesuatu penyajian yaitu sehubungan dengan waktu dan mutu.

2.       Manusia sebagai pengolah informasi

Kemampuan manusia sebagai pengolah informasi menentukan kerterbatasan dalam sistem informasi dan mengesankan dasar-dasar rancangan

3.       Konsep sistem

Sistem informasi dan manajemen adalah sebuah sistem maka konsep sistem perlu untuk memahami dan merancang ancangan pada pengembangan sistem informasi

4.       Konsep organisasi dan manajemen

Sistem informasi berada di dalam sebuah organisasi dan dirancang untuk mendukung fungsi manajemen. Informasi adalah penentu yang penting dalam bentuk keorganisasian

5.       Konsep pengambilan keputusan

Rancangan SIM harus mencerminkan ancangan rasional terhadap optimasi, tetapi juga teori keprilakuan pengambilan keputusan dalam organisasi.

6.       Nilai informasi

Informasi mengubah keputusan. Perubahan dalam nilai hasil akan menentukan nilai informasi.

 

Kutipan di atas menunjukkan bahwa sistem informasi manajemen mempunyai pokok-pokok yang satu sama lain saling terkait, dimana ada manusia sebagai pengolah data menjadi informasi dimana ada manajemen dalm organisasi sebagai sebuah sistem yang akan mengubah informasi itu menjadi sebuah keputusan yang akan ditindaklanjuti.

Menurut Azhar Susanto (2002: 68) memberikan batasan mengenai sistem informasi manajemen sebagai berikut :

“Sistem informasi manajemen merupakan kumpulan dari sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan  yaitu mengolah data menjadi informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam proses pengambilan keputusan saat melaksanakan fungsinya”.

 

Definisi di atas dapat dijelaskan bahwa sistem informasi manajemen sebagai kumpulan subsistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis mengolah data menjadi informasi yang diperlukan manajer dalam dalam proses pengambilan keputusan.

Informasi manajemen yang disajikan sistem informasi mendukung pelaksanaan fungsi manajemen, untuk itu informasi manajemen haruslah berkualitas. Berikut gambar 2.5 sistem informasi manajemen sebagai sistem pembuat laporan.

 

B.     Sistem Informasi Pemasaran

Pentingnya melaksanakan perencanaan strategik menggunakan sudut pandang dari luar ke dalam (outside-inside point of view) pada manajemen pemasaran sebuah perusahaan. Manajemen perlu memantau kekuatan-kekuatan yang lebih besar dalam lingkungan pemasaran jika ingin tetap mempertahankan produk dan praktik pemasarannya sesuai dengan perkembangan zaman. Definisi pemasaran dikemukakan oleh Charles W Lamb yang dialihbahasakan oleh David Octarevia (2001: 6) yaitu: “Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi”. Pemasaran memiliki dua hal yang penting yaitu sebagai filosofi, sikap atau orientasi manajemen yang meningkatkan pada kepuasan konsumen, dan yang kedua pemasran sebagai sekumpulan aktivitas yang digunakan untuk mengimplementasikan filosofi.

Pemasaran merupakan kegiatan pokok yang dilakukan pelaku bisnis dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, untuk berkembang, dan mendapatkan laba. Keberhasilan dalam mencapai tujuan usaha tergantung pada keahlian manajemen di bidang pemasaran, produksi, keuangan dan kemampuan untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan. Jelas dikemukakan Wiliam J. Stanton yang dikutip oleh Basu Swasta (2005: 5) bahwa: “Pemaasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”. Dikatakan bahwa pemasaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari kegiatan merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli.

Kegiatan pemasaran berlangsung dalam suatu lingkungan yang dibatasi oleh sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan maupun konsekuensi sosial dari perusahaan. Perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasaran berusaha untuk menghasilkan laba dari penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan pembeli. Dikemukakan oleh Basu Swasta (2005: 5) menyatakan bahwa: “Pemasaran dilakukan untuk mengembangkan, mempromosikan, dan mendistribusikan program-program dan jasa yang disponsori oleh organisasi non-laba”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa peranan manajer pemasaran sangat penting dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang dapat membantu dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Definisi pemasaran yang dikemukakan Philip Kotler alih bahasa Fandy Tjiptono (2000: 16) yaitu: “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai (products of value) dengan orang atau kelompok lain”.

Mengembangkan dan mengelola informasi bertujuan untuk dapat mengolah data menjadi informasi yang tepat digunakan manajemen dalam mengambil keputusan pemasaran seperti: perubahan keinginan konsumen, inisiatif pesaing, perubahan saluran distribusi sehingga pada akhirnya akan mencapai tujuan perusahaan. Definisi sistem informasi pemasaran menurut Philip Kotler et, al. (2000: 158) adalah sebagai berikut :“Sistem informasi pemasaran (SIP) terdiri dari orang-orang, peralatan, dan prosedur-prosedur untuk mengumpulkan, menyortir, menganalisis, mengevaluasi dan mendistribusikan informasi dengan tepat waktu, akurat, dan dibutuhkan kepada para pembuat keputusan pemasaran”. Sistem informasi pemasaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang satu sama lainnya saling terkait dan bekerja secara harmonis untuk mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi dan mendistribusikan informasi yang tepat waktu dan akurat untuk pengambilan keputusan pemasaran. Menggunakan 4 subsistem di atas maka perusahaan akan menunjukkan suatu keunggulan dalam pengumpulan informasi dan pengolahannya sehingga  Tujuan penjualan akan tercapai. Sistem informasi pemasaran akan mengubah arus bahan-bahan keterangan dalam bentuk data menjadi arus informasi pemasaran yang dikembangkan menjadi suatu rencana dan program, dan akhirnya sampai kepada pejabat-pejabat  pelaksana pemasaran.

Perusahaan harus mengatur arus informasi pemasaran kepada manajer pemasarannya. Perusahaan mempelajari kebutuhan informasi para manajernya dan merancang sistem informasi pemasaran untuk memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut sehingga para manajer dapat menjalankan tanggung jawab analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian. Manajer memerlukan informasi mengenai perkembangan lingkungan pemasaran yang terdiri dari: pasar sasaran, pesaing, masyarakat dan kekuatan lingkungan makro. Peran sistem informasi pemasaran adalah untuk memperkirakan kebutuhan informasi, menghasilkan informasi yang dibutuhkan, dan mendistribusikan informasi tersebut secara tepat waktu kepada para manajer pemasaran.

Definisi sistem informasi pemasaran menurut William J. Stanton (2000: 54) dialih bahasakan oleh Yohanes Lamarto dalam buku Prinsip Pemasaran adalah sebahai berikut:

“Sistem informasi pemasaran (SIP) adalah:

1.       Konsep sistem yang diterapkan dalam penanganan informasi untuk :

a.       menentukan data apa yang anda butuhkan dalam pengambilan keputusan.

b.       Mengumpulkan informasi.

c.        Mengolah data (dengan bantuan teknis analisis kuantitatif).

d.       Menyediakan, menyimpan data dan mendapatkannya kembali di masa yang akan datang.

2.       Orientasi ke masa depan. Mengantisipasi dan mencegah masalah serta memecahkannya, ini adalah obat pencegah dan penyembuh pemasaran.

3.       Dioperasikan berdasarkan kesinambungan, bukan sporadis atau berkala.

4.       Mubazir jika informasinya tidak didayagunakan.

 

Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskan bahwa sistem informasi pemasaran sebagai sebuah konsep untuk menentukan, mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi yang akan digunakan manajer pemasaran dalam mengambil keputusan.

Menurut Raymond Mc. Leod, Jr (1996: 195) diterjemahkan oleh Hendra Teguh mendefinisikan sistem informasi pemasaran (marketing information system/MKIS) sebagai berikut: “Sistem informasi pemasaran (marketing information system/MKIS) adalah sustu sistem yang berbasis komputer yang bekerja sama dengan sistem informasi fungsional lain untuk mendukung manajemen perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pemasaran produk perusahaan”. Kerja sama kedua elemen antara sistem informasi fungsional dan sistem pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah adalah sangat penting dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Gambar 2.2 di atas dapat dijelaskan bahwa sistem informasi pemasaran membantu manajer pemasaran agar dapat menjalankan tanggung jawab analisis perencanaan, implementasi, dan pengendaliannnya, ia memerlukan informasi mengenai perkembangan dalam lingkungan pemasaran. Sistem informasi pemasaran berperan untuk memperkirakan kebutuhan informasi yang diperoleh dari catatan internal perusahaan, aktivitas intelejensi pemasaran, riset pemasaran, dan analisis pendukung keputusan pemasaran, kemudian menghasilkan informasi yang dibutuhkan sekaligus mendistribusikan informasi tersebut secara tepat waktu dan akurat kepada manajer pemasaran.

Definisi sistem informasi pemasaran menurut Sofjan Assauri (1999: 311) menyatakan sebagai berikut :

“Sistem informasi pemasaran didefinisikan sebagai suatu susunan yang kait-mengkait secara rumit (complex) dari orang-orang, mesin-mesin dan prosedur-prosedur yang direncanakan untuk menghasilkan suatu aliran yang tersusun dari informasi yang tepat, yang telah dikumpulkan baik dari sumber-sumber yang berada di dalam maupun di luar perusahaan untuk dipergunakan sebagai dasar bagi pengambilan keputusan dalam bidang pertanggungjawaban tertentu dari manajemen pemasaran”.

 

Sistem informasi pemasaran sebagai susunan yang saling terkait meliputi orang, peralatan, prosedur yang direncanakan dengan tujuan menghasilkan aliran informasi yang tersusun dan tepat sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen.

Menurut Azhar susanto (2002: 77) mendefinisikan sistem informasi pemasaran sebagai berikut :

“Sistem informasi pemasaran merupakan kumpulan dari sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain secara harmonis dengan tujuan untuk mengolah data yang berkaitan dengan masalah pemasaran menjadi informasi pemasaran yang diperlukan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka melaksanakan fungsinya”.

Informai pemasaran dapat berasal dari luar dan dalam organisasi perusahaan. Ada tiga jenis informasi pemasaran yaitu :

1. Intelijen pemasran, informasi yang mengalir dari lingkungan ke perusahaan.

2. Informasi pemasaran intern, informasi yang berasal dari dalam perusahaan sendiri.

3. Komunikasi pemasaran, informasi yang mengalir dari perusahaan ke lingkungannya.

 

Definisi di atas menjelaskan bahwa sistem informasi pemasaran merupakan kumpulan sub-sub sistem  yang saling berhubungan satu sama lain untuk mengolah data menjadi informasi pemasaran yang diperlukan manajemen dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tugas.

Keputusan yang dibuat manajer pemasaran berhubungan satu atau beberapa atau beberapa unsur marketing mix secara harmonis, karena unsur-unsur itu merupakan cara yang baik untuk mengkategorikan kegiatan sistem informasi pemasaran. Model sistem informasi pemasaran yang menekankan pada aspek teknologi informasi digambarkan oleh Mc. Leod dalam buku Azhar Susanto (2002: 78) sebagai berikut :

Gambar 2.3 di atas menunjukkan hubungan antar sub sistem atau proses yang ada di dalam sistem informasi pemasaran dengan data-data yang digunakannya. Sistem informasi pemasaran terdiri dari sistem informasi akuntansi penjualan, sistem informasi intelijen pemasaran dan sistem informasi riset pemasaran yang merupakan sistem input pemasaran dan sistem pelaporan (produk, tempat promosi, harga) dan integrasi dari semuanya yang disebut bauran terpadu.

 

C.    Komponen Sistem Informasi Pemasaran

Menurut Philip Kotler (2000: 159) menyatakan sistem informasi pemasaran terdiri dari komponen sebagai berikut :

“Komponen sistem informasi pemasaran terdiri dari:

1.       Sistem pencatatan internal

Sistem pencatatan internal merupakan sistem informasi paling dasar yang digunakan oleh para manajer pemasaran termasuk di dalamnya laporan mengenai pesanan, penjualan, harga, tingkat persediaan, piutang, utang, dan sebagainya, dengan menganalisa informasi ini para manajer pemasaran dapat menemukan peluang dan masalah yang penting.

a.       Siklus pesanan sampai pembayaran

Inti dari sistem pencatatan internal adalah siklus pesanan sampai pembayaran. Wiraniaga, penyalur, dan pelanggan mengirim pesanan ke perusahaan, departemen pesanan penjualan mempersiapkan faktur penjualan dan mengirimkan tembusannya ke berbagai departemen. Item barang yang persediaannya habis dipesan kembali, item barang yang dikirim disertai dengan dokumen pengiriman dan juga rekening dan juga dibuat rangkap dan dikirimkan ke berbagai departemen.

b.       Sistem pelaporan penjualan

Manajer pemasaran membutuhkan laporan terbaru mengenai penjualan berjalan mereka. Perusahaan-perusahaan barang berkemas (Consumer Pacaged-goods) dapat menerima laporan penjualan eceran setiap dua bulan. Eksekutif otomotif menunggu sekitar sepuluh hari untuk memperoleh laporan penjualan. Banyak eksekutif pemasaran mengeluh bahwa informasi penjualan kurang cepat dilaporkan dalam perusahaannya.

c.        Sistem Laporan Berorientasi Pada Pemakai

Merancang sistem informasi penjualan yang canggih, perusahaan menghindari hambatan-hambatan tertentu, yaitu : pertama perusahaan menciptakan sistem yang menghasilkan terlalu banyak informasi, sehingga karyawan menghadapi statistik penjualan yang menumpuk, dimana mereka kadang mengabaikannya begitu saja atau menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membacanya. Kedua, informasi yang dihasilkan perusahaan terlalu cepat sehingga para manajer memberikan reaksi secara berlebihan terhadap penurunan penjualan yang kecil.

Sistem informasi perusahaan harus mencerminkan titik temu antara apa yang manajer benar-benar diperlukan, dan apa yang secara ekonomis dapat disediakan. Salah satu langkah yang bermanfaat adalah penunjukkan sebuah komite sistem informasi pemasaran internal, dengan cara mewawancarai wakil yang representatif dari eksekutif pemasaran, manajer produk, manajer penjualan, wiraniaga dan sebagainya untuk mengungkapkan kebutuhan informasi mereka. Komite sistem informasi pemasaran akan memberikan perhatian khusus pada keinginan dan keluhan yang mendesak. Waktu yang bersamaan, komite ini akan mengurangi beberapa permintaan informasi secara bijaksana. Komite perencanaan informasi mengambil sebuah langkah lagi yaitu menentukan apa yang manajer perlu ketahui agar dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab. Misalnya, menentukan apa yang perlu diketahui manajer merek dalam rangka menentukan besarnya anggaran periklanan. Mereka perlu mengetahui tingkat kejenuhan pasar, tingkat penurunan yang disebabkan tidak adanya iklan, dan rencana anggaran pembelanjaan para pesaing. Sistem informasi ini perlu dirancang untuk menyediakan data yang diperlukan dalam membuat setiap keputusan pemasaran.

2.       Sistem Intelijen Pemasaran

Sistem intelijen pemasaran menyediakan data yang terjadi (happening data). Sistem intelijen pemasaran adalah serangkaian prosedur dan sumber daya yang digunakan para manajer untuk memperoleh informasi sehari-hari mengenai perkembangan yang berkaitan dengan lingkungan pemasaran.

Manajer pemasaran mengamati lingkungan pemasaran menggunakan empat cara yaitu sebagai berikut:

-    Pengamatan tidak terarah (undirected viewing), yaitu pengungkapan informasi secara umum dimana manajer tidak mempunyai maksud khusus sebelumnya.

-    Pengamatan bersyarat (conditioned viewing), yaitu pengungkapan terarah terhadap bidang atau jenis informasi yang relatif telah diidentifikasi secara jelas, tetapi tidak melibatkan penyelidikan aktif.

-    Penyelidikan informal (informal search), yaitu suatu usaha yang relatif terbatas dan tidak terstruktur untuk memperoleh informasi spesifik atau informasi untuk maksud spesifik.

-    Penyelidikan formal (formal search), yaitu suatu usaha yang disengaja, biasanya mengikuti suatu rencana, prosedur, atau metodologi yang sudah ditetapkan sebelumnya untuk memperoleh informasi spesifik.

Dalam melaksanakan intelijen pemasaran, manajer pemasaran kebanyakan melakukannya sendiri yaitu dengan jalan membaca buku, surat kabar, dan publikasi perdagangan; pembicaraan dengan pelanggan, pemasok, distributor, dan pihak luar lainnya; serta perbincangan dengan manajer dan personel lain dalam perusahaan. Sistem ini bersifat sederhana dan relatif sambil lalu, karena informasi berharga bisa saja hilang begitu saja atau terlambat disampaikan., seringkali manajer terlambat memahami langkah kompetitif, kebutuhan konsumen baru, atau masalah penyalur sehingga terlambat pula memberikan tanggapan terbaik.

Perusahaan yang berjalan dengan baik mengambil langkah tambahan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas intelijen pemasaran. Pertama mereka melatih dan memotivasi wiraniaga untuk menemukan dan melaporkan perkembangan baru yang terjadi di pasar. Wiraniaga dijadikan “mata dan telinga” perusahaan, karena mereka berada pada posisi yang bagus untuk memperoleh informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain.

Kedua, perusahaan memotivasi distributor, pengecer, dan para perantara lain untuk memberikan intelijen penting, misalnya perusahaan dapat meminta para distributornya untuk mengirmkan tembusan faktur mereka yang menyangkut penjualan produk-produk perusahaan. Informasi seperti ini bisa membantu perusahaan mempelajari lebih mendalam mengenai karakteristik pengguna akhir dan membantu distributor menyempurnakan program pemasaran mereka. Banyak perusahaan menggunakan spesialis untuk mengumpulkan informasi mengenai kinerja penyalur, dengan mengirim pembeli siluman untuk memantau penyalur. Mereka mengamati para pesaing memlalui pembelian produk mereka, menghadiri promosi terbuka dan pameran dagang, membaca laporan publikasi pesaing, menghadiri rapat penmegang saham, berbincang-bincang dengan karyawan, penyalur, distributor, pemasok dan agen trasportasi perusahaan pesaing, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif.

Ketiga, perusahaan membeli informasi dari lembaga atau perusahaan riset untuk memperoleh data mengenai toko dan panel konsumen dengan harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan melakukan operasi riset sendiri.

Keempat, perusahaan membentuk suatu pusat informasi pemasaran internal untuk mengumpulkan dan mensirkulasikan intelijen pemasaran yang sifatnya mengamati publikasi-publikasi utama, meringkas berita-berita yang relevan, dan menyebarluaskan buletin berita kepada manajer pemasaran. Pusat ini mengumpulkan dan menyimpan informasi yang relevan dan membantu para manajer dalam mengevaluasi informasi baru dan pelayanan ini bisa meningkatkan secara pesat kualitas informasi yang tersedia bagi para manajer pemasaran.

3.       Sistem Riset Pemasaran

Perusahaan kerapkali memesan atau membiayai studi-studi riset formal mengenai masalah-masalah dan peluang-peluang spesifik, yaitu dengan cara melakukan survai pasar, uji preferensi produk, peramalan penjualan menurut wilayah atau studi efektifitas periklanan.

Riset pemasaran adalah perencanaan, pengumpulan, analisis dan pelaporan secara sistematis atas data dan temuan yang relevan dengan situasi pemasaran tertentu yang dihadapi perusahaan.

-    Perusahaan biasanya menyediakan biaya untuk kebutuhan riset pemasaran sekitar 1 sampai 2% dari nilai penjualan perusahaan. Sebesar 05% sampai 80% dari dana ini dipergunakan langsung oleh departemen riset pemasaran, dan selebihnya digunakan untuk membeli jasa pelayanan perusahaan riset pemasaran luar.

4.       Sistem Pendukung Keputusan Pemasaran

Semakin banyak organisasi yang menambahkan jasa informasi keempat sistem pendukung keputusan pemasaran (marketing decision support system = MDSS) untuk membantu manajer pemasaran mereka membuat keputusan yang lebih baik.

John D. C. Little mendefinisikan MDSS sebagai berikut: “... pengumpulan data, sistem, piranti, dan teknik secara terkoordinasi dengan perangkat lunak dan perangkat keras pendukung, dimana organisasi mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi yang relevan dari bisnis dan lingkungan dan mengubahnya menjadi basis tindakan pemasaran”. ....manajer memasukan pertanyaan ke dalam model yang sesuai dalam MDSS, model tersebut mengambil data yang akan dianalisis secara statistik, manajer dapat menggunakan sebuah program untuk menentukan rangkaian tindakan yang optimum, manajer mengambil suatu tindakan, dan tindakan ini bersamaan dengan dengan faktor-faktor lain, mempengaruhi lingkungan dan menghasilkan data baru”.

 

Berdasarkan kutipan di atas dapat dikatakan bahwa keempat komponen sistem informasi pemasaran sebagai rangkaian yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk menghasilkan informasi yang tepat dan akurat untuk tindak lanjut keputusan pemasaran.

Komponen sistem informasi pemasaran menurut George M. Scott (2002: 429) adalah sebagai berikut:

1.       Sistem informasi penjualan

a.       Pendukung penjualan

Penjualan merupakan kegiatan utama dari sebagian besar kelompok pemasaran, seluruh sistem informasi pemasaran yang ada secara langsung maupun tidak langsung mendukung kegiatan penjualan.

b.       Analisis penjualan

Sistem informasi analisis penjualan merupakan satu dari sistem yang paling luas dan terpenting dari sebagian besar perusahaan yang terlibat dalam penjualan. Tujuan sistem informasi ini adalah untuk menganalisis kecenderungan penjualan produk, probabilitas sebuah produk, kinerja dari tiap daerah penjualan dan cabang penjualan, prestasi wiraniaga. Informasi analisis penjulan diperoleh dari sistem pemasukan data penjualan.

c.        Analisis pelanggan

Tujuan dari analisis pelanggan adalah menentukan bentuk dari kebiasaan membeli dan menentukan profitabilitas dri tiap produk menurut suatu batas sumbangan keuntungan (contribution margin) yang diberikannya. Pelanggan dikelompokkan dalam dua, tiga atau empat kategori menurut volume penjualan total.

2.       Sistem informasi intelijen dan riset pasar

a.       Riset pelanggan

Riset konsumen atau riset pelanggan lebih luas daripada analisis konsumen, riset konsumen menggunakan informasi dari analisis konsumen dan memberikan informasi mengenai lingkungan pasar sebagai sebuah konteks buat hal teresebut, dan juga menggunakan informasi mengenai kondisi keuangan dan kondisi kerja konsumen, disamping mengenai transaksi penjualan dan pembelian dengan pesasing perusahaan, selain itu riset konsumen sering menganalisis calon pelanggan selain pelanggan yang telah ada.

b.       Riset pasar

Riset pasar lebih luas daripada riset konsumen dalam arti ia memusatkan perhatian pada lokasi pemasaran keseluruhan untuk produk produk perusahaan. Salah satu tujuan riset pasar adalah untuk menaksir ukuran keseluruhan dari pasar untuk tiap lini produk, serta untuk tiap produk dalam suatu lini produk, ini biasanya dilakukan untuk jangka pendek dan jangka panjang.

c.        Intelijen pesaing

Usaha memperoleh informasi yang diperlukan memerlukan pengamatan yang sinambung terhadap aktivitas pesaing yaitu : spesifikasi dari produk-produk pesaing, kekuatan dan kelemahan operasi pesaing, tingkat pelayanan pada pelanggan dan kebijaksanaan peasing mengenai pelanggan, struktur dan kekuatan keuangan pesaing, serta rencana mengenai produk baru, tujuan dan strategi pemasaran, rencana promosi produk, dan reaksi yang mungkin terhadap strategi perushaan tersebut.

3.       Sistem informasi promosi dan periklanan

Aktivitas departemen ini dipusatkan pada peningkatan penghasilan dari penjualan tanpa harus menaikkan biaya yang cukup besar, karena itu informasi mengenai bagaimana efektifnya aktivitas periklanan dan promosi berkenaan dengan peningkatan penghasilan.

4.       Sistem informasi pengembangan produk baru

Riset produk baru menyangkut penganalisisan suatu kesempatan yang memungkinkan bagi produk baru dan menyangkut juga pengevaluasian atas spesifikasi yang lebih disukai dan keberhasilan pasar yang memungkinkan.

5.       Sistem informasi perkiraan penjualan

Meramalkan penjulan bersangkutan dengan masa yang akan datang, ini memang sulit karena informasi mengenai masa yang akan datang hanya ada sedikit, sehingga rentang kesalahan  buat perkiraan penjulan dapat lebar, tidak peduli bagaimana canggihnya sistem informasi yang digunakan, namun demikian semakin baik informasi yang diberikan untuk perkiraan penjualan maka perkiraannya akan lebih teliti.

6.       Sistem informasi perencanaan produk

Perencanaan pemasaran biasanya dilakukan oleh lini produ dan umumnya menghasilkan rencana keuntungan pemasaran jangka panjang dan jangka pendek untuk tiap lini produk. Mengembangkan suatu rencana pemasaran memerlukan informasi mengenai rencan-rencan keseluruhan perusahaan.

7.       Sistem informasi penetapan harga produk

Penetapan harga merupakan suatu proses manajerial rumit yang dipengaruhi oleh biaya produksi, permintaan pelanggan, psikologi pasar, harga produk pesaing, dan berbagai tindakan yang dilakukan pesaing. Informasi biaya produk dari sudut biaya penuh atau biaya marjinal biasanya dilihat sebagai titik awaldalam penetapan harga. Sistem penetapan harga hampir selalu menggunakan informasi tentang biaya-biaya produk.

8.       Sistem informasi pengontrolan pengeluaran

Pengeluaran di bagian pemasaran termasuk gaji, komisi penjualan, biaya pengiklanan dan promosi, biaya konsultasi riset pasar dan biaya pembelian informasi dan studi riset pasar.

 

Komponen sistem informasi pemasaran yang dikemukakan Scott di atas lebih banyak jika dibandingkan dengan yang dikemukakan Kotler, namun pada hakekatnya adalah sama merupakan komponen sistem informasi pemasaran yang akan mendukung terhadap kegiatan perusahaan dalam bidang pemasaran.

 

D.    Penjualan

Seluruh tujuan pemasaran pada umumnya untuk mencapai tujuan penjualan melalui peningkatan volume penjualan, dengan demikian perusahaan akan mendapatkan laba dengan menawarkan produk yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen. Penjualan merupakan salah satu metode promosi untuk mencapai tujuan tersebut, dengan usaha ini memerlukan banyak tenaga kerja atau tenaga penjualan.

Definisi penjualan menurut Basu Swasta (2001: 10) adalah sebagai berikut: “Penjualan adalah interaksi antara individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai, atau memepertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain”. Penjualan merupakan komunikasi secara individual yang bertujuan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai hubungan  yang saling menguntungkan antara satu pihak dengan pihak lain.

Definisi penjualan juga dikemukakan oleh Moekijat (1991: 488) sebagai berikut: “Penjualan adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli, mempengaruhi dan memberi petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan kebutuhan dengan produk yang ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan kedua belah pihak.”. Definisi tersebut dapat digambarkan bahwa penjualan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi dan memberi petunjuk kepada pembeli agar kebutuhan produk tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Definisi penjualan juga dikemukakan oleh William J. Stanton diterjemahkan oleh Yohanes Lamarto (1994: 8) dikatakan bahwa : “Penjualan merupakan bagian dari promosi dan promosi merupakan salah satu dari keseluruhan sistem pemasaran”. Definisi tersebut dapat dikatakan bahwa penjualan adalah bagian dari promosi, dimana promosi ini merupakan salah satu dari sistem pemasaran untuk memasarkan untuk menawarkan barang dan jasa kepada pembeli.

Menurut Sutisna (2001: 311) mendefinisikan penjualan tatap muka sebagai berikut :

“Penjualan tatap muka adalah satu-satunya alat promosi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan konsumen potensial secara langsung. Artinya, penjualan tatap muka merupakan aktivitas komunikasi antara produsen yang diwakili oleh tenaga penjual dengan konsumen potensial yang melibatkan pikiran dan emosi serta tentu saja berhadapan langsung”.

 

Definisi di atas mengatakan bahwa penjualan tatap muka adalah suatu cara yang dilakukan antara produsen dengan konsumen secara langsung dalam mengadakan komunikasi mengenai promosi yang dilakukan oleh produsen yang ditawarkan kepada konsumen.

Menurut Sutisna (2001: 311) memaparkan ada beberapa peran penjualan tatap muka dengan strategi pemasaran perusahaan sebagai berikut :

-    Menyampaikan pesan yang komplek kepada konsumen potensial mengenai kebijakan dan produk perusahaan.

-    Mengadaptasi penawaran atau daya tarik promotional produk untuk kebutuhan yang unik dan konsumen yang spesifik.

-    Membujuk konsumen bahwa produk atau jasa lebih baik atau setidak-tidaknya mempunyai sisi positif yang lebih dibandingkan dengan produk pesaing.

 

Kutipan di atas dapat menjelaskan bahwa peranan penjualan tatap muka dengan strategi pemasaran untuk menyampaikan pesan kepada konsumen potensial, mengetahui kebutuhan secara spesifik, membujuk konsumen dengan menonjolkan sisi positif produk agar mereka membeli produk perusahaan.

 

E.     Tujuan Penjualan

Banyak Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya mempunyai tujuan umum untuk mendapatkan laba, dimana laba tersebut merupakan akibat dari keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya. Keberhasilan tersebut dapat diukur melalui pencapaian tujuan penjualan berdasarkan target penjualan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan penjualan dapat dicapai dengan menggunakan manajemen penjualan yang baik. Definisi manajemen penjualan Menurut Basu Swasta dan Irawan (2005: 403) mengatakan “Manajemen penjualan adalah perencanaan, pengarahan, dan pengawasan personal selling, termasuk penarikan, pemilihan, perlengkapan, penentuan rute, supervisi, pembayaran, dan motivasi sebagai tugas diberikan pada para tenaga penjualan”. Definisi tersebut menunjukkan bahwa tugas manajer penjualan sangat luas mencakup pengorganisasian kegiatan penjualan baik yang berada di dalam perusahaan maupun yang berada di luar perusahaan, dapat dikatakan pula tugas manajer penjualan adalah sebagai administrator dalam kegiatan personal selling sehingga tugas utamanya banyak berkaitan dengan personalia penjualan.

Mengetahui apakah sasaran perusahaan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak adalah penting, manajemen penjualan perlu menganalisa volume penjualan dengan membandingkan hasil penjualan perusahaan dengan sasaran perusahaan dan juga dengan penjualan industri.

Menurut Basu Swasta dan Irawan (2005: 141) definisi analisa volume penjualan segai berikut :

“Analisa volume penjualan merupakan suatu studi mendalam tentang masalah ‘penjualan bersih’ dari laporan rugi-laba perusahaan (laporan operasi). Manajemen perlu menganalisa volume penjualan total, dan juga volume itu sendiri. Analisa tersebut dapat didasarkan pada :

-    Prodct line

-    Segmen pasar (Teritorial, kelompok pembeli dan sebagainya)”.

 

Menganalisa dearah penjualan dengan menghubungkan antara volume masing-masing daerah berdasarkan product line dari kelompok pembeli yang ada di dalam daerah penjualan, kemudian mengevaluasi penjualan perusahaan dengan penjualan industri dengan membuat analisa secara lebih mendalam tentang market share perusahaan secara total, juga market share berdasarkan product line maupun market share berdasarkan segmen pasar sehingga perusahaan dapat menentukan penjualan potensial produk perusahaan, serta dapat mengetahui segmen pasar yang baik untuk produk tersebut.

Salah satu cara untuk mencapai tujuan penjualan adalah dengan mengistemasikan penjualan potensial, sebagaimana dikatakan oleh Basu Swasta (2005: 150). “Penjualan potensial merupakan tingkat penjualan maksimum yang dapat dicapai oleh penjual”.

Fandy Tjiptono (1997: 249) memberikan definisi bahwa: “Strategi penjualan adalah memindahkan posisi pelanggan ke tahap pembelian (dalam proses pengambilan keputusan) melalui penjualan tatap muka”. Definisi tesebut dapat dikatakan bahwa proses pemindahan pelanggan dalam tahap pembelian merupakan hasil dari penjualan tatap muka.

Menurut Basu Swasta dan Irawan (2005: 404) menyatakan tujuan penjualan dan tujuan umum perusahaan dalam penjualan yaitu sebagai berikut:

“Tujuan penjualan adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal), dan mempertahankannya atau bahkan berusaha meningkatkannya untuk jangka waktu lama.

Perusahaan pada umumnya mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualannya, yaitu:

1.       Mencapai volume penjualan tertentu

Untuk mencapai volume penjualan perusahaan, perlu adanya kerja sama yang rajin di antara fungsionaris dalam perusahaan atau dapat dikatakan antara bagian yang satu dengan yang lainnya dapat bekerja sama dengan kompak sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

2.       Mendapatkan laba tertentu

Untuk mendapatkan laba tertentu yang diinginkan perusahaan memang tidak mudah untuk mendapatkannya, oleh karena itu perusahaan menetapkan suatu strategi yang baik untuk mendapatkan laba seperti dengan promosi, hal ini dipergunakan guna mengukur keberhasilan suatu penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai tujuan laba.

3.       Menunjang pertumbuhan perusahaan

Pimpinan (top Manajer) bertanggung jawab mengukur seberapa besar sukses atau kegagalan yang akan dihadapinya. Mengukur pertumbuhan suatu perusahaan harus jeli melihat potensi pesaing, kemampuan tenaga penjualan dan sebagainya”.

 

Tujuan umum perusahaan dalam penjualannya dapat dicapai melalui kerjasama antar departemen dalam perusahaan, dimana setiap manajer dalam perusahaan menetapkan strategi bagaimana tujuan penjualan bisa tercapai guna mencapai laba tertentu, mendapatkan laba tertentu, dan pada akhirnya menunjang pertumbuhan perusahaan.

 

F.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan

Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan penjualan dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagaimana dikemukakan Basu Swasta (2005: 406), yaitu: “(1) Kondisi dan kemampuan penjual, (2) Kondisi pasar, (3) Modal, (4) Kondisi organisasi perusahaan, dan (5) Faktor-faktor lain”.

1.      Kondisi dan Kemampuan Penjual

Transaksi jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas barang dan jasa melibatkan dua pihak yaitu pihak penjual dan pihak pembeli. Penjual harus dapat menyakinkan pembeli untuk mencapai sasaran penjualan yang diharapkan, selain itu manajer harus memperhatikan jumlah serta sifat-sifat tenaga penjualan yang akan dipakai, sehingga dapat dihindari timbulnya kemungkinan rasa kecewa pada para pembeli pada pembeliannya.

Pihak kedua yaitu penjual harus memahami beberapa masalah penting yang berkaitan, seperti:

-          Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan.

-          Harga produk.

-          Syarat penjualan, seperti: pembayaran, pengantaran, pelayanan sesudah penjualan, garansi dan sebagainya.

Masalah-masalah tersebut di atas sangat penting untuk diperhatikan oleh pembeli sebelum melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan suatu perusahaan/penjual.

2.      Kondisi pasar

Pasar sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam kegiatan penjualan akan mempengaruhi pelaksanaan penjualan produk. Faktor-faktor dari kondisi pasar yang perlu diperhatikan penjual adalah sebagai berikut:

-          Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, pasar pemerintah, ataukah pasar internasional.

-          Kelompok pembeli atau segmen pasar yang dituju untuk penjualan barang/jasa.

-          Daya beli atau kemampuan pembeli dalam segmen pasar tertentu untuk membeli produk perusahaan.

-          Frekuensi pembelian atau sebarapa banyak jumlah produk yang akan dibeli oleh konsumen.

-          Keinginan dan kebutuhan, sejauhmana pasar tersebut memerlukan produk perusahaan.

3.      Modal

Modal merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan penjualan, dimana modal akan diperlukan perusahaan untuk membawa produk ke tempat pembeli apabila produk itu belum dikenal dan pasarnya sangat jauh maka diperlukan biaya untuk mengadakan sarana seperti alat transport, tempat peragaan baik di dalam perusahaan maupun di luar perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Usaha ini hanya dapat dilakukan apabila perusahaan mempunyai sejumlah modal yang diperlukan untuk kegiatan tersebut.

4.      Kondisi Organisasi Perusahaan

Perusahaan besar biasanya mempunyai bagian tersendiri (bagian penjualan) untuk menangani masalah penjualan yang dipegang orang-orang tertentu/ahli di bidang penjualan. Perusahaan kecil biasanya masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsi-fungsi lain, dikarenakan jumlah tenaga kerjanya lebih sedikit, sistem organisasinya lebih sederhana, masalah-masalah yang dihadapi serta sarana yang dimilikinya tidak sekompleks perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ditangani sendiri oleh pimpinan dan tidak diberikan kepada orang lain.

5.      Faktor Lain

Faktor lain yang mempengaruhi kegiatan penjualan selain keempat faktor di atas seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan. Sebelum pembelian dilakukan, pembeli harus dirangsang daya tariknya misalnya dengan memberikan kemasan yang menarik atau dengan cara promosi lainnya. Bagi perusahaan yang memiliki modal yang kuat kegiatan tersebut dilakukan secara rutin, sedangkan bagi perusahaan yang modalnya relatif kecil kegiatan ini jarang dilakukan.

 

F.     Pengaruh Sistem Informasi Pemasaran Terhadap Tujuan Penjualan Produk

Sistem informasi pemasaran sebagai sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain untuk mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi, dan mendistribusikan informasi dengan tepat waktu dan akurat yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan pemasaran bagi perusahaan dalam mencapai tujuan penjualan.

Sistem informasi pemasaran sebagai media untuk mendapatkan informasi pemasaran yang dibutuhkan manajer pemasaran dalam mengambil keputusan dalam bisnis yang berorientasi ke masa depan, maka komponen sistem informasi pemasaran seperti sistem pencatatan internal, sistem intelijen pemasaran, sistem riset pemasaran, dan sistem pendukung keputusan pemasaran sangat diperlukan dalam melaksanakan sistem informasi pemasaran dalam upaya mencapai tujuan penjualan produk, untuk itu perlu dikembangkan sistem informasi pemasaran yang efektif. Dikemukakan oleh Wiliam J. Stanton (1996: 55) diterjemahkan oleh Yohanes Lamarto bahwa: “Kemampuan sebuah sistem informasi pemasaran dalam menyimpan data dan memaparkannya kembali, memungkinkan terkumpulnya dan terpakainya aneka data yang lebih luas. Manajemen senantiasa dapat memonitor dengan lebih terperinci prestasi produk, pasar, karyawan penjualan, dan berbagai unit pemasaran lainnya”.

Sistem informasi pemasaran mempunyai pengaruh terhadap tujuan penjualan, dimana tujuan penjualan akan tercapai apabila pemasaran produk itu ditunjang oleh sistem informasi pemasaran yang menyerap dan menghasilkan informasi yang akurat, sehingga kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan prinsip dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen, mencapai volume penjualan, kerjasama antara bagian dalam perusahaan. Jelas dikatakan oleh M. Mursid (1997: 15) bahwa :

“Pada hakikatnya konsep pemasaran ada 3 (tiga) elemen pokok yaitu :

  1. Orientasi konsumen
  2. Volume penjualan yang menguntungkan
  3. Koordinasi dan integrasi secara keseluruhan kegiatan pemasaran dalam perusahaan”.

Perusahaan yang berorientasi kepada konsumen, dimana segala sesuatu yang dilakukan oleh perusahaan, baik itu menyangkut produk, kebijakan maupun hal lain yang berurusan dengan masyarakat harus memperhatikan tindakan atau akibat yang akan menyertainya. Sistem informasi pemasaran menuntut perusahaan senantiasa memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga konsumen tidak dikecewakan oleh perusahaan.

Sistem informasi pemasaran mengontrol kelancaran setiap kegiatan pemasaran mulai dari bahan diproduksi sampai dengan produk sampai ke tangan konsumen, sehingga perusahaan mencapai volume penjualan yang diinginkan dan pada akhirnya mendapatkan keuntungan atau laba.

Koordinasi dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada konsumen, bahwa setiap bagian dalam perusahaan bekerja secara harmonis dalam satu usaha untuk mencapai tujuan perusahaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

GAYA PACARAN JAMAN SEKARANG

Cara Membuat Channel Youtube By Fajar Mahez

Cara Memperkenalkan Diri Yang Baik Dan Benar