Sistem Informasi Pemasaran - Tinjauan Pustaka Bab II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sistem Informasi Manajemen
Teknologi
komputer telah membawa manusia ke era
informasi yang mengalir tiada batas. Informasi diperlukan manusia untuk
menyelesaikan berbagai keperluan hidupnya, termasuk kehidupan di dalam
pekerjaannya, termasuk kehidupannya di dalam organisasi. Perkembangan teknologi
komputer sebagai alat pengolah data menjadi informasi, maka pekerjaan informasi
yang rumit dalam organisasi sangat banyak mengalami perubahan dan kemudahan.
Sistem
Informasi Manajemen terdiri dari tiga kata yang berlainan arti yang
masing-masing kata tersebut memiliki pengertian. Definisi dari ketiga kata
tersebut peneliti akan sajikan penjelasan secara terperinci.
1.
Sistem
Organisasi
baik itu pemerintah maupun swasta merupakan sebuah sistem yang terdiri dari
orang-orang untuk mencapai tujuan tertentu. Azhar Susanto (2002: 18)
mengemukakan definisi sistem sebagai berikut: “Sistem adalah kumpulan/Group
dari sub-sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang
saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis untuk
mencapai suatu tujuan tertentu”. Sistem dapat diakatakan sebagai kumpulan dari
keseluruhan sub-sub sistem yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Definisi
sistem menurut Oemar Hamalik (1993:19), menyatakan: “Sistem adalah suatu
keseluruhan atau totalitas yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub sistem
atau komponen-komponen yang saling berinteraksi satu sama lain dan dengan
keseluruhan itu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Sistem
menurut Onong Uchjana Effendy (1996:48) didefinisikan secara umum: “Sistem
adalah sebagai suatu totalitas himpunan benda-benda atau bagian-bagian yang
satu sama lain berhubungan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu kesatuan yang
terpadu untuk mencapai tujuan tertentu”. Dikatakan sistem meliputi
bagian-bagian yang berinteraksi dan beroperasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Bagian-bagian atau subsistem-subsistem ini merupakan suatu kompleksitas
tersendiri, tetapi dalam mencapai tujuan yang ditentukan sub-sistem yang satu
dengan sub-sistem yang lain beroperasi secara harmonis.
Definisi
sistem menurut Gordon B. Davis yang diterjemahkan oleh Adiwirdana (1999:67)
sebagai berikut:
“Sistem dapat abstrak maupun
fisik, sebuah sistem abstrak adalah suatu susunan teratur gagasan atau konsepsi
yang saling tergantung. Sebagai contoh sebuah sistem teologi adalah susunan
yang teratur dari gagasan-gagasan tentang tuhan, manusia dan sebagainya. Sistem
yang bersifat fisik adalah serangkaian unsur yang bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan”.
Definisi di
atas dapat dikatakan bahwa sistem dapat bersifat abstrak maupun fisik dimana
keduanya merupakan unsur atau prosedur yang bekerjasama dan berhubungan satu
sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Jogiyanto
Hartono (2000:683) mendefinisikan suatu sistem sebagai berikut: “Suatu sistem
dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih
komponen atau subsistem yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan”. Sistem
juga didefinisikan oleh Edhy Sutanta (2003:4)menyatakan: “Sistem adalah sebagai
sekumpulan hal atau kegiatan atau elemen atau subsistem yang saling bekerja
sama atau yang dihubungkan dengan cara-cara tertentu sehingga membentuk satu
kesatuan untuk melaksanakan suatu fungsi guna mencapai suatu tujuan”.
Sistem diklasifikasikan
dari beberapa sudut pandang. Jogiyanto Hartono (2000:687) mengemukakan klasifikasi
dari suatu sistem sebagai berikut:
“Sistem dapat diklasifikasikan
adalah:
1.
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak dan sistem
phisik. Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pikiran atau ide-ide yang
tidak tampak secara phisik. Sedangkan sistem phisik merupakan sistem yang ada
secara phisik.
2.
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah dan sistem
buatan manusia. Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam,
tidak buatan manusia. Sistem buatan adalah sistem yang dirancang oleh manusia,
sistem buatan manusia melibatkan interaksi antara manusia dengan mesin yang
disebut dengan istilah human-machine
system atau ada yang menyebut man-machine
system.
3.
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu dan
sistem tak tentu. Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah
dapat diprediksi interaksinya diantara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan
pasti, sehingga keluaran dari sitem dapat diramalkan. Sistem tak tentu adalah
sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung
unsur probabilaitas.
4.
Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup dan
sistem terbuka. Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dengan
lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut
campur tangan dari pihak luar. Secara teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi
pada kenyataannya tidak ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah
secara relatip tertutup, tidak benar-benar tertutup. Sistem terbuka adalah
sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini
menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem
yang lainnya. Karena sistem sifat terbuka dan terpengaruh oleh lingkungan
luarnya, maka suatu sistem harus mempunyai suatu sistem pengendalian yang baik.
Sistem yang baik harus dirancang sedemikian rupa, sehingga secara relatip
tertutup karena sistem tertutup akan bekerja secara otomatis, terbuka hanya
untuk pengaruh yang baik”.
Kutipan di
atas menunjukkan bahwa sistem dapat dibedakan ke dalam 4 klasifikasi berdasarkan
wujudnya yaitu abstrak dan fisik, menurut asalnya sistem alamiah dan sistem
buatan, berdasarkan tujuan adalah sistem tertentu dan sistem tak tentu, dan
berdasarkan sifatnya sistem tertutup dan sistem terbuka. Klasifikasi ini akan
memudahkan kita dalam membedakan jenis sistem apa yang dipakai dalam
organisasi.
Sistem
mempunyai karakteristik, Edhy Sutanta (2003:4-6), menyatakan karakteristik dari
suatu sistem, sebagai berikut:
"Karakteristik sistem
meliputi:
1.
Mempunyai komponen (components)
Komponen
sistem adalah segala sesuatu yang menjadi bagian penyusun sistem. Komponen
sistem dapat berupa benda nyata ataupun abstrak. Komponen sistem disebut
sebagai subsistem, dapat berupa orang, benda, hal atau kejadian yang terlibat
di dalam sistem.
2.
Mempunyai batas (boundry)
Batas sistem
diperlukan untuk membedakan satu sistem dengan sistem yang lain. Tanpa adanya
batas sistem, maka sangat sulit untuk menjelaskan suatu sistem. Batas sistem
akan memberikan batasan scope
tinjauan terhadap sistem.
3.
Mempunyai lingkungan (environments)
Lingkungan
sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan sistem
dapat menguntungkan ataupun merugikan. Umumnya, lingkungan yang menguntungkan
akan selalu dipertahankan untuk menjaga keberlangsungan sistem. Sedangkan
lingkungan sistem yang merugikan akan diupayakan agar mempunyai pengaruh
seminimal mungkin, bahkan jika mungkin ditiadakan.
4.
Mempunyai penghubung/antar muka (interface) antar komponen
Penghubung/antar
muka merupakan komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang bertugas menjebatani
hubungan antar komponen dalam sistem. Penghubung/antar muka merupakan sarana
yang memungkinkan setiap komponen saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam
rangka menjalankan fungsi masing-masing komponen. Dalam dunia komputer,
penghubung/antar muka dapat berupa berbagai macam tampilan dialog layar monitor
yang memungkinkan seseorang dapat dengan mudah mengoperasikan sistem aplikasi
komputer yang digunakan.
5.
Mempunyai masukan (input)
Masukan
merupakan komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang perlu dimasukan ke dalam
sistem sebagai bahan yang akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan keluaran
yang akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan keluaran yang berguna. Dalam
Sistem Informasi Manajemen, masukan di sebut sebagai data.
6.
Mempunyai pengolahan (processing)
Pengolahan
merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama mengolah masukan agar
menghasilkan keluaran yang berguna bagi para pemakainya. Dalam Sistem Informasi
Manajemen, pengolahan adalah berupa program aplikasi komputer yang dikembangkan
untuk keperluan khusus. Program aplikasi tersebut mampu menerima masukan,
mengolah masukan, dan menampilkan hasil olahan sesuai dengan kebutuhan para
pemakai.
7.
Mempunyai keluaran (output)
Keluaran
merupakan komponen sistem yang berupa berbagai macam bentuk keluaran yang
dihasilkan oleh komponen pengolahan. Dalam Sistem Informasi Manajemen, keluaran
adalah informasi yang dihasilkan oleh program aplikasi yang akan digunakan oleh
para pemakai sebagai bahan pengambilan keputusan.
8.
Mempunyai sasaran (objectives)
dan tujuan (goal)
Setiap
komponen dalam sistem perlu dijaga agar saling bekerja sama dengan harapan agar
mampu mencapai sasaran dan tujuan sistem. Sasaran berbeda dengan tujuan.
Sasaran sistem adalah apa yang ingin dicapai oleh sistem untuk jangka waktu
yang relatif pendek. Sedangkan tujuan merupakan kondisi atau hasil akhir yang
ingin dicapai oleh sistem untuk jangka waktu yang panjang. Dalam hal ini,
sasaran merupakan hasil pada setiap tahapan yang mendukung upaya pencapaian
tujuan.
9.
Mempunyai kendali (control)
Setiap
komponen dalam sistem perlu selalu dijaga agar tetap bekerja sesuai dengan
peran dan fungsinya masing-masing. Hal ini bisa dilakukan ada bagian yang
berperan menjaganya, yaitu bagian kendali. Bagian kendali mempunyai peran utama
menjaga agar proses dalam sistem dapat berlangsung secara normal sesuai batasan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam sistem Informasi Manajemen, kendali
dapat berupa validasi proses, maupun validasi keluaran yang dapat dirancang dan
dikembangkan secara terprogram.
10. Mempunyai umpan balik (feed back)
Umpan balik
diperlukan oleh bagian kendali (control)
sistem untuk mengecek terjadinya penyimpangan proses dalam sistem dan
mengembalikannya ke dalam kondisi normal”.
Kerakteristik
dari sistem di atas dapat digunakan untuk menilai atau sebagai pedoman agar
sistem yang dijalankan dapat berjalan lancar dan mempunyai su-sub sistem yang
komplit sehingga tujuan dapat tercapai.
Sub sistem
berkaitan dengan subsistem lainnya dihubungkan oleh interface, membentuk satu kesatuan guna mencapai objective, dan pada akhirnya diharapkan
akan mencapai goal. Suatu subsistem
bisa jadi memuat komponen input, process, dan output yang dikendalikan oleh bagian control yang melakukan kendali berdasarkan feedback. Subsistem 1 dalam suatu sistem bisa juga berperan sebagai
input bagi subsistem 2 yang berperan
sebagai process.
Model umum
suatu sistem adalah terdiri atas masukan (input),
pengolah (process), dan keluaran (output), sebagaimana ditunjukan pada
gambar 2.2 berikut:
Berdasrakan
definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli maka dapat ditarik kesimpulan,
bahwa yang dimaksud dengan sistem adalah satu kesatuan atau suatu kumpulan dari
komponen atau sub sistem-sub sistem yang saling berinteraksi dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu.
2.
Informasi
Informasi
merupakan salah satu sumber daya yang diperlukan perusahaan. Informasi dapat
dikelola seperti sumber daya lainnya, dengan demikian perusahaan dituntut untuk
memberikan perhatian lebih terhadap informasi. Dikemukakan oleh Azhar Susanto
(2002: 2-4) sebagai berikut :
“Saat ini dan masa mendatang
perhatian terhadap informasi akan terus meningkat hal ini disebabkan oleh :
1.
Semakin meningkatnya aktivitas bisnis maka akan
menyebabkan semakin kompleknya permasalahan dan komunikasi yang dihadapi oleh
suatu organisasi perusahaan sebagai pelaku bisnis.
2.
Semakin tingginya kemampuan komputer yang melahirkan
berbagai kemungkinan aplikasi yang dapat membantu meningkatkan efisiensi dan
efektivitas operasi suatu organisasi.
Beberapa faktor yang memberi sumbangan terhadap
kompleksitas aktivitas bisnis adalah :
1.
Berubahnya landasan ekonomi dunia dari ekonomi yang
berlandaskan kepada industri ke ekonomi yang berlandaskan informasi.
2.
Pengaruh ekonomi internasional, semua perusahaan di
seluruh dunia sangat dipengaruhi oleh masalah ekonomi.
3.
Persaingan global, dengan adanya globalisasi perusahaan
tidak hanya bersaing dengan perusahaan sejenis yang ada di dalam negeri tetapi
perusahaan tersebut juga bersaing dengan perusahaan lain yang ada di luar
negeri.
4.
Meningkatnya kompleksitas teknologi, digunakanya
teknologi dalam aktivitas bisnis sehari-hari.
5.
Menyempitnya ruang waktu, aktivitas bisnis saat ini dapat
berlangsung begitu cepat.
6.
Masalah sosial, semua keputuan bisnis harus didasarkan
pada faktor-faktor ekonomi tetapi juga jangan dilupakan dampaknya terhadap
biaya sosial dan dampaknya terhadap lingkungan yang harus dibayar.
Beberapa dampak dari perkembangan
komputer bagi organisasi perusahaan adalah :
1.
Semakin banyaknya alternatif pemecahan masalah
menyebabkan semakin meningkatnya waktu yang harus dikeluarkan agar penggunaan
komputer tepat guna.
2.
Meningkatnya persaingan, perusahaan yang tidak mampu
membangun sistem informasi yang tepat guna, maka perusahaan tersebut tidak akan
dapat bersaing dengan perusahaan lainnya yang ditunjang sistem informasi
berbasis komputer yang baik.
3.
Meningkatnya disiplin, disiplin dalam penggunaan sistem
operasi dan prosedur suatu organisasi perusahaan.
4.
Meningkatnya komunikasi data atau informasi secara
digital.”.
Informasi
sebagaian besar digunakan oleh manajemen dalam lingkup organisasi, oleh karena
itu informasi sangat penting bagi kelancaran kegiatan perusahaa dalam mencapai
tujuannya.
Informasi
menurut pendapat Gordon B. Davis (1999:28), sebagai berikut: “Informasi adalah
data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan
bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang”.
“Informasi adalah data yang telah
diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam
mengambil keputusan saat ini atau masa mendatang”.
Sedangkan data adalah :
“Kelompok teratur simbol-simbol
yang mewakili kuantitas, tindakan, benda, dan sebagainya yang terbentuk dari
karakter, yang dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus”.
Istilah
data dan informasi sering tertukar pemakaiannya, tetapi ada perbedaan bahwa
data sebagai bahan baku yang diolah untuk memberikan informasi, selain itu
informasi dihubungkan dengan pengambilan keputusan dengan demikian informasi
dianggap memiliki nilai lebih tinggi daripada data.
Hubungan
data dengan informasi adalah seperti bahan baku sampai barang jadi, seperti
digambarkan oleh Gordon B. Davis (1993: 28) sebagai berikut:
Data yang
telah diolah menjadi informasi akan digunakan oleh manajemen dengan menggunakan
konsep sistem untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut
Gordon B. Davis (1993: 29-30) terjemahan Andreas S. Adiwardana. Informasi dalam
lingkup sistem informasi memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
“1. Benar atau salah.
Berhubungan dengan realita atau tidak.
2.
Baru. Informasi masih baru dan segar bagi penerimanya.
3.
Tambahan. Informasi dapat mempengaruhi atau memberikan
tambahan baru pada informasi yang telah ada.
4.
Korektif. Informasi dapat menjadi koreksi atas informasi
yang salah atau palsu sebelumnya.
5.
Penegas. Informasi dapat mempertegas terhadap informasi
yang telah ada”.
Definisi di
atas menunjukkan bahwa informasi dalam sebuah lingkup sistem informasi
mempunyai batasan untuk dijadikan ciri daripada informasi tersebut yaitu:
benar, baru, tambahan, korektif, dan penegas, sehingga dapat diukur bahwa
informasi tersebut bisa diandalkan untuk kepentingan pengambilan keputusan. Edhy
Sutanta (2003: 10) memberikan definisi terhadap informasi, sebagai berikut: “Informasi
merupakan hasil pengolahan data sehingga menjadi bentuk yang penting bagi
penerimanya dan mempunyai kegunaan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
yang dapat dirasakan akibatnya secara langsung saat itu juga atau secara tidak langsung
pada saat mendatang”.
Informasi
merupakan salah satu jenis sumber daya yang paling utama yang harus dimiliki
oleh suatu organisasi apapun jenis organisasi tersebut. Tanpa informasi maka
tidak akan ada organisasi. Informasi melalui komunikasi menjadi perekat bagi
suatu organisasi sehingga organisasi tersebut bisa bersatu. Melihat perannya
yang begitu penting bagi suatu organisasi maka informasi, sebagaimana
sumberdaya lainnya, harus dikelola dengan baik. Jogiyanto Hartono (2000:692),
informasi dapat didefinisikan, sebagai berikut: “Informasi adalah sebagai hasil
dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti
bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk mengambil keputusan”. Informasi
mempunyai arti penting bagi dunia usaha kerana dapat menghilangkan
ketidakpastian dan dipakai dasar bagi peminpin dalam mengambil keputusan.
Informasi
dapat mempunyai beberapa fungsi yang dikemukakan oleh Edhy Sutanta (2003:27) antara lain:
“Informasi mempunyai fungsi:
1. Menambah pengetahuan
Adanya
informasi akan menambah pengetahuan bagi penerimanya yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan.
2. Mengurangi ketidakpastian.
Adanya
informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat
diketahui sebalumnya, sehigga menghindari keraguan pada saat pengambilan
keputusan.
3. Mengurangi resiko
kegagalan.
Adanya
informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi
dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi
dengan pengambilan keputusan yang tepat.
4. Mengurangi keanekaragaman
atau variasi yang tidak diperlukan.
Adanya
informasi akan mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan, karena
keputusan yang diambil lebih terarah.
5. Memberi standar,
aturan-aturan, ukuran-ukuran, dan keputusan-keputusan yang menentukan
pencapaian sasaran dan tujuan.
Adanya
informasi akan memberikan standar, aturan, ukuran, dan keputusan yang lebih terarah
untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik
berdasarkan informasi yang diperoleh.
Berdasarkan
fungsi-fungsi informasi tersebut di atas bahwa informasi mempunyai kegunaan
untuk menambah pengetahuan, mengurangi ketidapastian, mengurangi kegagalan,
mengurangi apa yang tidak diperlukan, dan memberikan standar, aturan-aturan,
ukuran-ukuran dan keputusan-keputusan, sehingga dengan fungsi-fungsi tersebut diharapkan
pengguna informasi akan terhindar dari kesalahan dan bahkan diharapkan bisa
mencapai tujuan dengan maksimal.
Onong
Uchjana Effendy (1996:76), yang mengutip pernyataan R.J. Beishon menjelaskan
pengertian informasi, sebagai berikut :
“Informasi diinterprestasikan,
barangkali, lebih luas daripada biasanya, yang mencakup isyarat dan data yang
diterima seorang manajer sehari-harinya, apakah itu tampak bersangkutan dengan
pekerjaan atau tidak. Pendekatan seperti ini memandang hal-hal seperti ekspresi
wajah dan gerak isyarat sebagai informasi, demikian pula hal-hal yang lebih
jelas seperti memo dan pesan melalui telepon”.
Definisi di
atas dapat dijelaskan bahwa informasi tidak hanya berbentuk data tapi juga bisa
berbentuk ekspresi wajah dan gerak isyarat untuk memberikan sesuatu kepada yang
dituju.
Data
melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian kemudian menerima
informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang
berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data
kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali melalui suatu model dan seterusnya
membentuk suatu siklus.
Manfaat
suatu informasi ditentukan oleh kualitas dari informasi itu sendiri. Menurut Mc
Leod yang kutip oleh Azhar Susanto (2002: 40-41), mengatakan suatu informasi
yang berkualitas harus memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:
“1. Akurat,
artinya informasi harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Pengujian
terhadap hal ini biasanya dilakukan melalui pengujian yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih yang berbeda dan apabila hasil pengujian tersebut menghasilkan
hasil yang sama maka dianggap data tersebut akurat.
2.
Tepat waktu, artinya informasi itu harus tersedia atau
ada pada saat informasi tersebut diperlukan, tidak besok atau tidak beberapa
jam lagi.
3.
Relevan, artinya informasi yang diberikan harus sesuai
dengan yang dibutuhkan. Kalau kebutuhan informasi ini untuk suatu organiasi
maka informasi diberbagai tingkatan dan bagian yang ada dalam organiasi
tersebut.
4.
Lengkap, artinya informasi harus diberikan secara
lengkap. Misalkan informasi tentang penjualan tidak ada bulannya atau tidak ada
data fakturnya”.
Informasi
merupakan hasil dari pengolahan data, akan tetapi tidak semua hasil dari
pengolahan tersebut bisa menjadi informasi, hasil pengolahan data yang tidak
memberikan makna atau arti serta tidak bermanfaat bagi seseorang bukanlah
merupakan informasi bagi orang tersebut.
3.
Manajemen
Definisi
dari majemen banyak dikemukakan oleh para ahli yang dapat kita kaji dari
berbagai indikator. Peneliti akan mengemukakan pendapat para ahli di bidang
administrasi dan manajemen mengenai pengertian manajemen. Soewarno
Handayadiningrat (1996: 18) menyatakan definisi manajemen, sebagai berikut: “Manajemen adalah suatu kerangka kerja yang terdiri
dari berbagai bagian atau komponen yang secara keseluruhan saling berkaitan
yang diorganisasi sedemikian rupa dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.
George R. Terry yang dikutip oleh Onong Uchjana (1996:7), dengan
memandangnya dari sudut proses menyatakan pengertian manajemen, yaitu: “Manajemen merupakan sebuah proses yang
khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan, pengorganisasian,
penggiatan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia
dan sumber lainnya”.
Pendapat
Azhar Susanto (2002:68), mengenai manajemen, yaitu: “Manajemen dipandang sebagai upaya atau proses pencapian tujuan dengan
menggunakan orang lain”. Pengertian
lain mengenai manajemen dikemukakan oleh Miftah Toha yang dikutip oleh Ulbert
Silalahi (1999: 136), menyatakan: ”Manajeman sebagai aktivitas menggerakan
segenap orang dan mengarahkan semua fasilitas yang dipunyai oleh sekelompok
orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu”. Bukunya yang sama
Ulbert Silalahi yang mengutip pandapat Sondang P. Siagian yang mengemukakan
definisi mengenai Manajemen (1999:137), sebagai berikut: “Manajemen dapat
didefinisikan sebagai kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu
hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”.
Definisi manajemen menurut Terry yang dikutip oleh Effendi (1996:70, sebagai
berikut: “Manajemen merupakan
sebuah proses yang luas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: Perencanaan,
pengawasan, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainya”.
Edhy Sutanta dalam bukunya Sistem Informasi Manajemen (2003: 17),
mengemukakan pengertian lain mengenai manajemen, yaitu: “Manajemen dapat
diartikan sebagai proses memanfaatkan berbagai sumberdaya yang tersedia untuk
mencapai suatu tujuan”.
Definisi di atas mencakup sekaligus fungsi-fungsi fundamental dalam
bentuk tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan itu. Tindakan-tindakan tersebut untuk umum dikenal sebagai “P.O.A.C”,
yang di kemukakan oleh Goerge Terry dikutip oleh Soewarno Handayadiningrat (1996:18), sebagai singkatan dari :
“1. Perencanaan (Planning)
Keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang
dari pada hal hal yang akan di kerjakan dimasa yang akan dating dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
2.
Pengorganisasian (Organization)
Keseluruhan proses pengelompokan orang orang, alat alat,
tugas tugas, tanggung jawab dan wewenag sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakan sebagai satu kesatuan dalam rangka pencapaian
tujuan yang telah ditentukan.
3.
Pergerakan (Actuating)
Keseluruhan proses pemberian motif bekerja pada para bawahan sedemikian
rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisien dan ekonomis.
4.
Pengawasan (Controling)
Proses pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan
yang yang sedang di lakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan sebelumnya”.
Berdasarkan pengertian di atas peneliti dapat menarik kesimpulan, bahwa
manajemen merupakan proses kegiatan seorang manajer dengan menggunakan
pemikiran baik secara ilmiah maupun praktis untuk mencapai tujuan melalui
adanya suatu jalinan hubungan kerja sama dengan orang lain sebagai sumber
tenaga kerja serta dapat memanfaatkan sumber-sumber yang lainnya dan waktu yang
tersedia dengan cara yang setepat-tepatnya.
4.
Definisi Sistem Informasi Manajemen
Sistem
informasi manajemen adalah sebuah sistem selain malakukan pengolahan transaksi
yang perlu bagi organisasi, juga memberi dukungan informasi dan pengolahan
untuk fungsi manajemen dan pengambilan keputusannya. Raymond Mc. Leod Jr (1996:
30) dalam buku sistem informasi manajemen diterjemahkan Hendra Teguh memberikan
batasan mengenai sistem informasi manajemen, yaitu : “Sistem informasi
manajemen (SIM) adalah sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi
beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa”.
Sistem
Informasi Manajemen menurut Gordon B. Davis (1999:3), adalah sebagai berikut: “Sistem informasi manajemen, istilah yang umum
dikenal orang adalah sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (Integrated),
untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan
pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi”. Sistem Informasi
Manajemen merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk
mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen
dalam mengambil keputusan.
Menurut
Goerge M. Scott (2002: 100) diterjemahkan oleh Achmad Nashir Budiman mengatakan
sebagai berikut :
“Sistem informasi manajemen (SIM)
adalah serangkaian sub-sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi
secara rasional terpadu yang mampu mentranspormasi data sehingga menjadi
informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai
dengan gaya dan sifat manajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan”.
Berdasarkan
definisi di atas dapat dijelaskan bahwa sistem informasi manajemen merupakan
serangkaian sub-sub sistem informasi yang terkoordinasi secara terpadu untuk
mengubah data menjadi informasi melalui cara untuk meningkatkan produktivitas
dengan kriteria dan kebutuhan. Buku
yang sama, George M. Scott (2002:69), mengemukan pengertian Sistem Informasi
Manajemen, yaitu: ”Sistem Informasi Manajemen adalah sekumpulan sistem
informasi yang saling berinteraksi, yang memberikan informasi baik untuk
kepentingan operasi maupun manajerial.
Pendapat lain tentang Sistem Informasi Manajemen yang ditulis oleh
Vincent Gaspersz (1998:17) sebagai berikut:
“Sistem Informasi Manajemen adalah jaringan prosedur
pengolahan data yang dikembangkan dalam suatu organisasi dan disatukan apabila
dipandang perlu dengan maksud memberikan data kepada manajemen setiap waktu
diperlukan, baik data yang bersifat intern:
maupun yang bersifat ekstern untuk
dasar pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.
Berdasarkan
definisi di atas dapat dikatakan bahwa sistem informasi manajemen merupakan
jaringan pengolahan data yang diperlukan setiap waktu baik data intern maupun
data ekstern sebagai dasar pengambilan keputusan dalam mencapai tujuan
organisasi.
Gordon B.
Davis (1999:15-16) mengemukakan pokok-pokok Sistem Informasi Manajemen, yaitu sebagai
berikut:
“1. Informasi
Informasi menambahkan sesuatu
penyajian yaitu sehubungan dengan waktu dan mutu.
2. Manusia sebagai pengolah informasi
Kemampuan manusia sebagai
pengolah informasi menentukan kerterbatasan dalam sistem informasi dan
mengesankan dasar-dasar rancangan
3. Konsep sistem
Sistem informasi dan manajemen
adalah sebuah sistem maka konsep sistem perlu untuk memahami dan merancang
ancangan pada pengembangan sistem informasi
4. Konsep organisasi dan
manajemen
Sistem informasi berada di dalam
sebuah organisasi dan dirancang untuk mendukung fungsi manajemen. Informasi
adalah penentu yang penting dalam bentuk keorganisasian
5. Konsep pengambilan
keputusan
Rancangan SIM harus mencerminkan
ancangan rasional terhadap optimasi, tetapi juga teori keprilakuan pengambilan
keputusan dalam organisasi.
6. Nilai informasi
Informasi mengubah keputusan.
Perubahan dalam nilai hasil akan menentukan nilai informasi.
Kutipan di
atas menunjukkan bahwa sistem informasi manajemen mempunyai pokok-pokok yang
satu sama lain saling terkait, dimana ada manusia sebagai pengolah data menjadi
informasi dimana ada manajemen dalm organisasi sebagai sebuah sistem yang akan mengubah
informasi itu menjadi sebuah keputusan yang akan ditindaklanjuti.
Menurut
Azhar Susanto (2002: 68) memberikan batasan mengenai sistem informasi manajemen
sebagai berikut :
“Sistem informasi manajemen
merupakan kumpulan dari sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain
dan bekerja sama secara harmonis untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang
diperlukan oleh manajemen dalam proses pengambilan keputusan saat melaksanakan
fungsinya”.
Definisi di
atas dapat dijelaskan bahwa sistem informasi manajemen sebagai kumpulan
subsistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara
harmonis mengolah data menjadi informasi yang diperlukan manajer dalam dalam
proses pengambilan keputusan.
Informasi
manajemen yang disajikan sistem informasi mendukung pelaksanaan fungsi manajemen,
untuk itu informasi manajemen haruslah berkualitas. Berikut gambar 2.5 sistem
informasi manajemen sebagai sistem pembuat laporan.
B.
Sistem Informasi Pemasaran
Pentingnya melaksanakan
perencanaan strategik menggunakan sudut pandang dari luar ke dalam (outside-inside point of view) pada
manajemen pemasaran sebuah perusahaan. Manajemen perlu memantau
kekuatan-kekuatan yang lebih besar dalam lingkungan pemasaran jika ingin tetap
mempertahankan produk dan praktik pemasarannya sesuai dengan perkembangan
zaman. Definisi pemasaran dikemukakan oleh Charles W Lamb yang dialihbahasakan
oleh David Octarevia (2001: 6) yaitu: “Pemasaran adalah suatu proses
perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide,
barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan
individu dan organisasi”. Pemasaran memiliki dua hal yang penting yaitu sebagai
filosofi, sikap atau orientasi manajemen yang meningkatkan pada kepuasan
konsumen, dan yang kedua pemasran sebagai sekumpulan aktivitas yang digunakan
untuk mengimplementasikan filosofi.
Pemasaran
merupakan kegiatan pokok yang dilakukan pelaku bisnis dalam usahanya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, untuk berkembang, dan mendapatkan
laba. Keberhasilan dalam mencapai tujuan usaha tergantung pada keahlian
manajemen di bidang pemasaran, produksi, keuangan dan kemampuan untuk
mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan. Jelas
dikemukakan Wiliam J. Stanton yang dikutip oleh Basu Swasta (2005: 5) bahwa:
“Pemaasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli potensial”. Dikatakan bahwa pemasaran sebagai suatu
sistem yang terdiri dari kegiatan merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli.
Kegiatan
pemasaran berlangsung dalam suatu lingkungan yang dibatasi oleh sumber-sumber
dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan maupun konsekuensi sosial dari
perusahaan. Perusahaan dalam melakukan kegiatan pemasaran berusaha untuk
menghasilkan laba dari penjualan barang dan jasa yang diciptakan untuk memenuhi
kebutuhan pembeli. Dikemukakan oleh Basu Swasta (2005: 5) menyatakan bahwa:
“Pemasaran dilakukan untuk mengembangkan, mempromosikan, dan mendistribusikan
program-program dan jasa yang disponsori oleh organisasi non-laba”. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa peranan manajer pemasaran sangat
penting dalam memilih dan melaksanakan kegiatan pemasaran yang dapat membantu
dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Definisi
pemasaran yang dikemukakan Philip Kotler alih bahasa Fandy Tjiptono (2000: 16)
yaitu: “Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan,
penawaran, dan pertukaran segala sesuatu yang bernilai (products of value) dengan orang atau kelompok lain”.
Mengembangkan
dan mengelola informasi bertujuan untuk dapat mengolah data menjadi informasi
yang tepat digunakan manajemen dalam mengambil keputusan pemasaran seperti: perubahan
keinginan konsumen, inisiatif pesaing, perubahan saluran distribusi sehingga
pada akhirnya akan mencapai tujuan perusahaan. Definisi sistem informasi
pemasaran menurut Philip Kotler et, al. (2000: 158) adalah sebagai berikut :“Sistem
informasi pemasaran (SIP) terdiri dari orang-orang, peralatan, dan
prosedur-prosedur untuk mengumpulkan, menyortir, menganalisis, mengevaluasi dan
mendistribusikan informasi dengan tepat waktu, akurat, dan dibutuhkan kepada
para pembuat keputusan pemasaran”. Sistem informasi pemasaran sebagai suatu
sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang satu sama lainnya saling terkait dan
bekerja secara harmonis untuk mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi dan
mendistribusikan informasi yang tepat waktu dan akurat untuk pengambilan
keputusan pemasaran. Menggunakan 4 subsistem di atas maka perusahaan akan
menunjukkan suatu keunggulan dalam pengumpulan informasi dan pengolahannya
sehingga Tujuan penjualan akan tercapai.
Sistem informasi pemasaran akan mengubah arus bahan-bahan keterangan dalam
bentuk data menjadi arus informasi pemasaran yang dikembangkan menjadi suatu
rencana dan program, dan akhirnya sampai kepada pejabat-pejabat pelaksana pemasaran.
Perusahaan
harus mengatur arus informasi pemasaran kepada manajer pemasarannya. Perusahaan
mempelajari kebutuhan informasi para manajernya dan merancang sistem informasi
pemasaran untuk memenuhi kebutuhan akan informasi tersebut sehingga para manajer
dapat menjalankan tanggung jawab analisis, perencanaan, implementasi dan
pengendalian. Manajer memerlukan informasi mengenai perkembangan lingkungan
pemasaran yang terdiri dari: pasar sasaran, pesaing, masyarakat dan kekuatan
lingkungan makro. Peran sistem informasi pemasaran adalah untuk memperkirakan
kebutuhan informasi, menghasilkan informasi yang dibutuhkan, dan
mendistribusikan informasi tersebut secara tepat waktu kepada para manajer
pemasaran.
Definisi
sistem informasi pemasaran menurut William J. Stanton (2000: 54) dialih
bahasakan oleh Yohanes Lamarto dalam buku Prinsip Pemasaran adalah sebahai
berikut:
“Sistem informasi pemasaran (SIP)
adalah:
1.
Konsep sistem yang diterapkan dalam penanganan informasi
untuk :
a.
menentukan data apa yang anda butuhkan dalam pengambilan
keputusan.
b.
Mengumpulkan informasi.
c.
Mengolah data (dengan bantuan teknis analisis
kuantitatif).
d.
Menyediakan, menyimpan data dan mendapatkannya kembali di
masa yang akan datang.
2.
Orientasi ke masa depan. Mengantisipasi dan mencegah
masalah serta memecahkannya, ini adalah obat pencegah dan penyembuh pemasaran.
3.
Dioperasikan berdasarkan kesinambungan, bukan sporadis
atau berkala.
4.
Mubazir jika informasinya tidak didayagunakan.
Berdasarkan
definisi di atas dapat dijelaskan bahwa sistem informasi pemasaran sebagai
sebuah konsep untuk menentukan, mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi
yang akan digunakan manajer pemasaran dalam mengambil keputusan.
Menurut Raymond Mc. Leod, Jr (1996: 195) diterjemahkan oleh Hendra Teguh mendefinisikan sistem informasi pemasaran (marketing information system/MKIS) sebagai berikut: “Sistem informasi pemasaran (marketing information system/MKIS) adalah sustu sistem yang berbasis komputer yang bekerja sama dengan sistem informasi fungsional lain untuk mendukung manajemen perusahaan dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pemasaran produk perusahaan”. Kerja sama kedua elemen antara sistem informasi fungsional dan sistem pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah adalah sangat penting dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Gambar 2.2 di
atas dapat dijelaskan bahwa sistem informasi pemasaran membantu manajer
pemasaran agar dapat menjalankan tanggung jawab analisis perencanaan,
implementasi, dan pengendaliannnya, ia memerlukan informasi mengenai
perkembangan dalam lingkungan pemasaran. Sistem informasi pemasaran berperan
untuk memperkirakan kebutuhan informasi yang diperoleh dari catatan internal
perusahaan, aktivitas intelejensi pemasaran, riset pemasaran, dan analisis
pendukung keputusan pemasaran, kemudian menghasilkan informasi yang dibutuhkan
sekaligus mendistribusikan informasi tersebut secara tepat waktu dan akurat
kepada manajer pemasaran.
Definisi
sistem informasi pemasaran menurut Sofjan Assauri (1999: 311) menyatakan
sebagai berikut :
“Sistem informasi
pemasaran didefinisikan sebagai suatu susunan yang kait-mengkait secara rumit (complex) dari orang-orang, mesin-mesin
dan prosedur-prosedur yang direncanakan untuk menghasilkan suatu aliran yang
tersusun dari informasi yang tepat, yang telah dikumpulkan baik dari
sumber-sumber yang berada di dalam maupun di luar perusahaan untuk dipergunakan
sebagai dasar bagi pengambilan keputusan dalam bidang pertanggungjawaban
tertentu dari manajemen pemasaran”.
Sistem
informasi pemasaran sebagai susunan yang saling terkait meliputi orang, peralatan,
prosedur yang direncanakan dengan tujuan menghasilkan aliran informasi yang
tersusun dan tepat sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen.
Menurut
Azhar susanto (2002: 77) mendefinisikan sistem informasi pemasaran sebagai
berikut :
“Sistem informasi pemasaran
merupakan kumpulan dari sub-sub sistem yang saling berhubungan satu sama lain
secara harmonis dengan tujuan untuk mengolah data yang berkaitan dengan masalah
pemasaran menjadi informasi pemasaran yang diperlukan oleh manajemen untuk mengambil
keputusan dalam rangka melaksanakan fungsinya”.
Informai pemasaran dapat berasal
dari luar dan dalam organisasi perusahaan. Ada tiga jenis informasi pemasaran
yaitu :
1. Intelijen pemasran,
informasi yang mengalir dari lingkungan ke perusahaan.
2. Informasi pemasaran
intern, informasi yang berasal dari dalam perusahaan sendiri.
3. Komunikasi pemasaran,
informasi yang mengalir dari perusahaan ke lingkungannya.
Definisi di
atas menjelaskan bahwa sistem informasi pemasaran merupakan kumpulan sub-sub
sistem yang saling berhubungan satu sama
lain untuk mengolah data menjadi informasi pemasaran yang diperlukan manajemen
dalam mengambil keputusan dalam melaksanakan tugas.
Keputusan yang dibuat manajer pemasaran berhubungan satu atau beberapa atau beberapa unsur marketing mix secara harmonis, karena unsur-unsur itu merupakan cara yang baik untuk mengkategorikan kegiatan sistem informasi pemasaran. Model sistem informasi pemasaran yang menekankan pada aspek teknologi informasi digambarkan oleh Mc. Leod dalam buku Azhar Susanto (2002: 78) sebagai berikut :
Gambar 2.3
di atas menunjukkan hubungan antar sub sistem atau proses yang ada di dalam
sistem informasi pemasaran dengan data-data yang digunakannya. Sistem informasi
pemasaran terdiri dari sistem informasi akuntansi penjualan, sistem informasi
intelijen pemasaran dan sistem informasi riset pemasaran yang merupakan sistem
input pemasaran dan sistem pelaporan (produk, tempat promosi, harga) dan
integrasi dari semuanya yang disebut bauran terpadu.
C.
Komponen Sistem Informasi Pemasaran
Menurut Philip
Kotler (2000: 159) menyatakan sistem informasi pemasaran terdiri dari komponen
sebagai berikut :
“Komponen sistem
informasi pemasaran terdiri dari:
1.
Sistem pencatatan internal
Sistem pencatatan internal merupakan sistem informasi
paling dasar yang digunakan oleh para manajer pemasaran termasuk di dalamnya
laporan mengenai pesanan, penjualan, harga, tingkat persediaan, piutang, utang,
dan sebagainya, dengan menganalisa informasi ini para manajer pemasaran dapat
menemukan peluang dan masalah yang penting.
a.
Siklus pesanan sampai pembayaran
Inti dari sistem pencatatan internal adalah siklus
pesanan sampai pembayaran. Wiraniaga, penyalur, dan pelanggan mengirim pesanan
ke perusahaan, departemen pesanan penjualan mempersiapkan faktur penjualan dan
mengirimkan tembusannya ke berbagai departemen. Item barang yang persediaannya
habis dipesan kembali, item barang yang dikirim disertai dengan dokumen
pengiriman dan juga rekening dan juga dibuat rangkap dan dikirimkan ke berbagai
departemen.
b.
Sistem pelaporan penjualan
Manajer pemasaran membutuhkan laporan terbaru mengenai
penjualan berjalan mereka. Perusahaan-perusahaan barang berkemas (Consumer Pacaged-goods) dapat menerima
laporan penjualan eceran setiap dua bulan. Eksekutif otomotif menunggu sekitar
sepuluh hari untuk memperoleh laporan penjualan. Banyak eksekutif pemasaran
mengeluh bahwa informasi penjualan kurang cepat dilaporkan dalam perusahaannya.
c.
Sistem Laporan Berorientasi Pada Pemakai
Merancang sistem informasi penjualan yang canggih,
perusahaan menghindari hambatan-hambatan tertentu, yaitu : pertama perusahaan
menciptakan sistem yang menghasilkan terlalu banyak informasi, sehingga
karyawan menghadapi statistik penjualan yang menumpuk, dimana mereka kadang
mengabaikannya begitu saja atau menghabiskan terlalu banyak waktu untuk
membacanya. Kedua, informasi yang dihasilkan perusahaan terlalu cepat sehingga
para manajer memberikan reaksi secara berlebihan terhadap penurunan penjualan
yang kecil.
Sistem informasi perusahaan harus mencerminkan titik temu
antara apa yang manajer benar-benar diperlukan, dan apa yang secara ekonomis
dapat disediakan. Salah satu langkah yang bermanfaat adalah penunjukkan sebuah
komite sistem informasi pemasaran internal, dengan cara mewawancarai wakil yang
representatif dari eksekutif pemasaran, manajer produk, manajer penjualan,
wiraniaga dan sebagainya untuk mengungkapkan kebutuhan informasi mereka. Komite
sistem informasi pemasaran akan memberikan perhatian khusus pada keinginan dan
keluhan yang mendesak. Waktu yang bersamaan, komite ini akan mengurangi
beberapa permintaan informasi secara bijaksana. Komite perencanaan informasi
mengambil sebuah langkah lagi yaitu menentukan apa yang manajer perlu ketahui
agar dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab. Misalnya, menentukan apa
yang perlu diketahui manajer merek dalam rangka menentukan besarnya anggaran
periklanan. Mereka perlu mengetahui tingkat kejenuhan pasar, tingkat penurunan
yang disebabkan tidak adanya iklan, dan rencana anggaran pembelanjaan para
pesaing. Sistem informasi ini perlu dirancang untuk menyediakan data yang
diperlukan dalam membuat setiap keputusan pemasaran.
2.
Sistem Intelijen Pemasaran
Sistem intelijen pemasaran menyediakan data yang terjadi (happening data). Sistem intelijen
pemasaran adalah serangkaian prosedur dan sumber daya yang digunakan para
manajer untuk memperoleh informasi sehari-hari mengenai perkembangan yang
berkaitan dengan lingkungan pemasaran.
Manajer pemasaran
mengamati lingkungan pemasaran menggunakan empat cara yaitu sebagai berikut:
- Pengamatan tidak terarah (undirected viewing), yaitu pengungkapan
informasi secara umum dimana manajer tidak mempunyai maksud khusus sebelumnya.
- Pengamatan bersyarat (conditioned viewing), yaitu
pengungkapan terarah terhadap bidang atau jenis informasi yang relatif telah
diidentifikasi secara jelas, tetapi tidak melibatkan penyelidikan aktif.
- Penyelidikan informal (informal search), yaitu suatu usaha
yang relatif terbatas dan tidak terstruktur untuk memperoleh informasi spesifik
atau informasi untuk maksud spesifik.
- Penyelidikan formal (formal search), yaitu suatu usaha yang
disengaja, biasanya mengikuti suatu rencana, prosedur, atau metodologi yang
sudah ditetapkan sebelumnya untuk memperoleh informasi spesifik.
Dalam melaksanakan intelijen pemasaran, manajer pemasaran
kebanyakan melakukannya sendiri yaitu dengan jalan membaca buku, surat kabar,
dan publikasi perdagangan; pembicaraan dengan pelanggan, pemasok, distributor,
dan pihak luar lainnya; serta perbincangan dengan manajer dan personel lain
dalam perusahaan. Sistem ini bersifat sederhana dan relatif sambil lalu, karena
informasi berharga bisa saja hilang begitu saja atau terlambat disampaikan.,
seringkali manajer terlambat memahami langkah kompetitif, kebutuhan konsumen
baru, atau masalah penyalur sehingga terlambat pula memberikan tanggapan terbaik.
Perusahaan yang berjalan dengan baik mengambil langkah
tambahan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas intelijen pemasaran. Pertama
mereka melatih dan memotivasi wiraniaga untuk menemukan dan melaporkan
perkembangan baru yang terjadi di pasar. Wiraniaga dijadikan “mata dan telinga”
perusahaan, karena mereka berada pada posisi yang bagus untuk memperoleh
informasi yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain.
Kedua, perusahaan memotivasi distributor, pengecer, dan
para perantara lain untuk memberikan intelijen penting, misalnya perusahaan
dapat meminta para distributornya untuk mengirmkan tembusan faktur mereka yang
menyangkut penjualan produk-produk perusahaan. Informasi seperti ini bisa
membantu perusahaan mempelajari lebih mendalam mengenai karakteristik pengguna
akhir dan membantu distributor menyempurnakan program pemasaran mereka. Banyak
perusahaan menggunakan spesialis untuk mengumpulkan informasi mengenai kinerja
penyalur, dengan mengirim pembeli siluman untuk memantau penyalur. Mereka
mengamati para pesaing memlalui pembelian produk mereka, menghadiri promosi
terbuka dan pameran dagang, membaca laporan publikasi pesaing, menghadiri rapat
penmegang saham, berbincang-bincang dengan karyawan, penyalur, distributor,
pemasok dan agen trasportasi perusahaan pesaing, baik yang masih aktif maupun
yang sudah tidak aktif.
Ketiga, perusahaan membeli informasi dari lembaga atau
perusahaan riset untuk memperoleh data mengenai toko dan panel konsumen dengan
harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan melakukan operasi riset
sendiri.
Keempat, perusahaan membentuk suatu pusat informasi
pemasaran internal untuk mengumpulkan dan mensirkulasikan intelijen pemasaran
yang sifatnya mengamati publikasi-publikasi utama, meringkas berita-berita yang
relevan, dan menyebarluaskan buletin berita kepada manajer pemasaran. Pusat ini
mengumpulkan dan menyimpan informasi yang relevan dan membantu para manajer
dalam mengevaluasi informasi baru dan pelayanan ini bisa meningkatkan secara
pesat kualitas informasi yang tersedia bagi para manajer pemasaran.
3.
Sistem Riset Pemasaran
Perusahaan kerapkali memesan atau membiayai studi-studi
riset formal mengenai masalah-masalah dan peluang-peluang spesifik, yaitu
dengan cara melakukan survai pasar, uji preferensi produk, peramalan penjualan
menurut wilayah atau studi efektifitas periklanan.
Riset pemasaran adalah perencanaan, pengumpulan, analisis
dan pelaporan secara sistematis atas data dan temuan yang relevan dengan
situasi pemasaran tertentu yang dihadapi perusahaan.
- Perusahaan biasanya
menyediakan biaya untuk kebutuhan riset pemasaran sekitar 1 sampai 2% dari
nilai penjualan perusahaan. Sebesar 05% sampai 80% dari dana ini dipergunakan
langsung oleh departemen riset pemasaran, dan selebihnya digunakan untuk
membeli jasa pelayanan perusahaan riset pemasaran luar.
4.
Sistem Pendukung Keputusan Pemasaran
Semakin banyak organisasi yang menambahkan jasa informasi
keempat sistem pendukung keputusan pemasaran (marketing decision support system = MDSS) untuk membantu manajer
pemasaran mereka membuat keputusan yang lebih baik.
John D. C. Little mendefinisikan MDSS sebagai berikut:
“... pengumpulan data, sistem, piranti, dan teknik secara terkoordinasi dengan
perangkat lunak dan perangkat keras pendukung, dimana organisasi mengumpulkan
dan menginterpretasikan informasi yang relevan dari bisnis dan lingkungan dan
mengubahnya menjadi basis tindakan pemasaran”. ....manajer memasukan pertanyaan
ke dalam model yang sesuai dalam MDSS, model tersebut mengambil data yang akan
dianalisis secara statistik, manajer dapat menggunakan sebuah program untuk
menentukan rangkaian tindakan yang optimum, manajer mengambil suatu tindakan,
dan tindakan ini bersamaan dengan dengan faktor-faktor lain, mempengaruhi lingkungan
dan menghasilkan data baru”.
Berdasarkan
kutipan di atas dapat dikatakan bahwa keempat komponen sistem informasi
pemasaran sebagai rangkaian yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja
sama secara harmonis untuk menghasilkan informasi yang tepat dan akurat untuk
tindak lanjut keputusan pemasaran.
Komponen
sistem informasi pemasaran menurut George M. Scott (2002: 429) adalah sebagai
berikut:
1.
Sistem informasi penjualan
a.
Pendukung penjualan
Penjualan merupakan kegiatan utama dari sebagian besar kelompok pemasaran,
seluruh sistem informasi pemasaran yang ada secara langsung maupun tidak
langsung mendukung kegiatan penjualan.
b.
Analisis penjualan
Sistem informasi analisis penjualan merupakan satu dari sistem yang paling
luas dan terpenting dari sebagian besar perusahaan yang terlibat dalam
penjualan. Tujuan sistem informasi ini adalah untuk menganalisis kecenderungan
penjualan produk, probabilitas sebuah produk, kinerja dari tiap daerah
penjualan dan cabang penjualan, prestasi wiraniaga. Informasi analisis penjulan
diperoleh dari sistem pemasukan data penjualan.
c.
Analisis pelanggan
Tujuan dari analisis pelanggan adalah menentukan bentuk dari kebiasaan
membeli dan menentukan profitabilitas dri tiap produk menurut suatu batas
sumbangan keuntungan (contribution
margin) yang diberikannya. Pelanggan dikelompokkan dalam dua, tiga atau
empat kategori menurut volume penjualan total.
2.
Sistem informasi intelijen dan riset pasar
a.
Riset pelanggan
Riset konsumen atau riset pelanggan lebih luas daripada analisis konsumen,
riset konsumen menggunakan informasi dari analisis konsumen dan memberikan
informasi mengenai lingkungan pasar sebagai sebuah konteks buat hal teresebut,
dan juga menggunakan informasi mengenai kondisi keuangan dan kondisi kerja
konsumen, disamping mengenai transaksi penjualan dan pembelian dengan pesasing
perusahaan, selain itu riset konsumen sering menganalisis calon pelanggan
selain pelanggan yang telah ada.
b.
Riset pasar
Riset pasar lebih luas daripada riset konsumen dalam arti ia memusatkan
perhatian pada lokasi pemasaran keseluruhan untuk produk produk perusahaan.
Salah satu tujuan riset pasar adalah untuk menaksir ukuran keseluruhan dari
pasar untuk tiap lini produk, serta untuk tiap produk dalam suatu lini produk,
ini biasanya dilakukan untuk jangka pendek dan jangka panjang.
c.
Intelijen pesaing
Usaha memperoleh informasi yang diperlukan memerlukan pengamatan yang
sinambung terhadap aktivitas pesaing yaitu : spesifikasi dari produk-produk
pesaing, kekuatan dan kelemahan operasi pesaing, tingkat pelayanan pada
pelanggan dan kebijaksanaan peasing mengenai pelanggan, struktur dan kekuatan
keuangan pesaing, serta rencana mengenai produk baru, tujuan dan strategi
pemasaran, rencana promosi produk, dan reaksi yang mungkin terhadap strategi
perushaan tersebut.
3.
Sistem informasi promosi dan periklanan
Aktivitas departemen ini dipusatkan pada peningkatan penghasilan dari
penjualan tanpa harus menaikkan biaya yang cukup besar, karena itu informasi
mengenai bagaimana efektifnya aktivitas periklanan dan promosi berkenaan dengan
peningkatan penghasilan.
4.
Sistem informasi pengembangan produk baru
Riset produk baru menyangkut penganalisisan suatu kesempatan yang
memungkinkan bagi produk baru dan menyangkut juga pengevaluasian atas
spesifikasi yang lebih disukai dan keberhasilan pasar yang memungkinkan.
5.
Sistem informasi perkiraan penjualan
Meramalkan penjulan bersangkutan dengan masa yang akan datang, ini memang
sulit karena informasi mengenai masa yang akan datang hanya ada sedikit,
sehingga rentang kesalahan buat
perkiraan penjulan dapat lebar, tidak peduli bagaimana canggihnya sistem
informasi yang digunakan, namun demikian semakin baik informasi yang diberikan
untuk perkiraan penjualan maka perkiraannya akan lebih teliti.
6.
Sistem informasi perencanaan produk
Perencanaan pemasaran biasanya dilakukan oleh lini produ dan umumnya
menghasilkan rencana keuntungan pemasaran jangka panjang dan jangka pendek
untuk tiap lini produk. Mengembangkan suatu rencana pemasaran memerlukan
informasi mengenai rencan-rencan keseluruhan perusahaan.
7.
Sistem informasi penetapan harga produk
Penetapan harga merupakan suatu proses manajerial rumit yang dipengaruhi
oleh biaya produksi, permintaan pelanggan, psikologi pasar, harga produk
pesaing, dan berbagai tindakan yang dilakukan pesaing. Informasi biaya produk
dari sudut biaya penuh atau biaya marjinal biasanya dilihat sebagai titik
awaldalam penetapan harga. Sistem penetapan harga hampir selalu menggunakan
informasi tentang biaya-biaya produk.
8.
Sistem informasi pengontrolan pengeluaran
Pengeluaran di bagian pemasaran termasuk gaji, komisi penjualan, biaya
pengiklanan dan promosi, biaya konsultasi riset pasar dan biaya pembelian
informasi dan studi riset pasar.
Komponen
sistem informasi pemasaran yang dikemukakan Scott di atas lebih banyak jika
dibandingkan dengan yang dikemukakan Kotler, namun pada hakekatnya adalah sama
merupakan komponen sistem informasi pemasaran yang akan mendukung terhadap
kegiatan perusahaan dalam bidang pemasaran.
D.
Penjualan
Seluruh
tujuan pemasaran pada umumnya untuk mencapai tujuan penjualan melalui
peningkatan volume penjualan, dengan demikian perusahaan akan mendapatkan laba
dengan menawarkan produk yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen.
Penjualan merupakan salah satu metode promosi untuk mencapai tujuan tersebut,
dengan usaha ini memerlukan banyak tenaga kerja atau tenaga penjualan.
Definisi
penjualan menurut Basu Swasta (2001: 10) adalah sebagai berikut: “Penjualan
adalah interaksi antara individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk
menciptakan, memperbaiki, menguasai, atau memepertahankan hubungan pertukaran
yang saling menguntungkan dengan pihak lain”. Penjualan merupakan komunikasi
secara individual yang bertujuan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai
hubungan yang saling menguntungkan
antara satu pihak dengan pihak lain.
Definisi
penjualan juga dikemukakan oleh Moekijat (1991: 488) sebagai berikut: “Penjualan
adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mencari pembeli, mempengaruhi dan
memberi petunjuk agar pembeli dapat menyesuaikan kebutuhan dengan produk yang
ditawarkan serta mengadakan perjanjian mengenai harga yang menguntungkan kedua
belah pihak.”. Definisi tersebut dapat digambarkan bahwa penjualan merupakan
suatu kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi dan memberi petunjuk kepada
pembeli agar kebutuhan produk tersebut dapat menguntungkan kedua belah pihak.
Definisi
penjualan juga dikemukakan oleh William J. Stanton diterjemahkan oleh Yohanes
Lamarto (1994: 8) dikatakan bahwa : “Penjualan merupakan bagian dari promosi
dan promosi merupakan salah satu dari keseluruhan sistem pemasaran”. Definisi
tersebut dapat dikatakan bahwa penjualan adalah bagian dari promosi, dimana
promosi ini merupakan salah satu dari sistem pemasaran untuk memasarkan untuk menawarkan
barang dan jasa kepada pembeli.
Menurut
Sutisna (2001: 311) mendefinisikan penjualan tatap muka sebagai berikut :
“Penjualan tatap muka
adalah satu-satunya alat promosi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan
konsumen potensial secara langsung. Artinya, penjualan tatap muka merupakan
aktivitas komunikasi antara produsen yang diwakili oleh tenaga penjual dengan
konsumen potensial yang melibatkan pikiran dan emosi serta tentu saja
berhadapan langsung”.
Definisi di
atas mengatakan bahwa penjualan tatap muka adalah suatu cara yang dilakukan
antara produsen dengan konsumen secara langsung dalam mengadakan komunikasi
mengenai promosi yang dilakukan oleh produsen yang ditawarkan kepada konsumen.
Menurut
Sutisna (2001: 311) memaparkan ada beberapa peran penjualan tatap muka dengan
strategi pemasaran perusahaan sebagai berikut :
- Menyampaikan pesan yang
komplek kepada konsumen potensial mengenai kebijakan dan produk perusahaan.
- Mengadaptasi penawaran
atau daya tarik promotional produk untuk kebutuhan yang unik dan konsumen yang
spesifik.
- Membujuk konsumen bahwa
produk atau jasa lebih baik atau setidak-tidaknya mempunyai sisi positif yang
lebih dibandingkan dengan produk pesaing.
Kutipan di atas
dapat menjelaskan bahwa peranan penjualan tatap muka dengan strategi pemasaran
untuk menyampaikan pesan kepada konsumen potensial, mengetahui kebutuhan secara
spesifik, membujuk konsumen dengan menonjolkan sisi positif produk agar mereka
membeli produk perusahaan.
E.
Tujuan Penjualan
Banyak Perusahaan
dalam menjalankan kegiatannya mempunyai tujuan umum untuk mendapatkan laba,
dimana laba tersebut merupakan akibat dari keberhasilan perusahaan dalam
mencapai tujuannya. Keberhasilan tersebut dapat diukur melalui pencapaian tujuan
penjualan berdasarkan target penjualan yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan
penjualan dapat dicapai dengan menggunakan manajemen penjualan yang baik. Definisi
manajemen penjualan Menurut Basu Swasta dan Irawan (2005: 403) mengatakan
“Manajemen penjualan adalah perencanaan, pengarahan, dan pengawasan personal
selling, termasuk penarikan, pemilihan, perlengkapan, penentuan rute,
supervisi, pembayaran, dan motivasi sebagai tugas diberikan pada para tenaga
penjualan”. Definisi tersebut menunjukkan bahwa tugas manajer penjualan sangat
luas mencakup pengorganisasian kegiatan penjualan baik yang berada di dalam
perusahaan maupun yang berada di luar perusahaan, dapat dikatakan pula tugas
manajer penjualan adalah sebagai administrator dalam kegiatan personal selling
sehingga tugas utamanya banyak berkaitan dengan personalia penjualan.
Mengetahui
apakah sasaran perusahaan yang telah ditetapkan tercapai atau tidak adalah
penting, manajemen penjualan perlu menganalisa volume penjualan dengan
membandingkan hasil penjualan perusahaan dengan sasaran perusahaan dan juga
dengan penjualan industri.
Menurut
Basu Swasta dan Irawan (2005: 141) definisi analisa volume penjualan segai
berikut :
“Analisa volume penjualan
merupakan suatu studi mendalam tentang masalah ‘penjualan bersih’ dari laporan
rugi-laba perusahaan (laporan operasi). Manajemen perlu menganalisa volume
penjualan total, dan juga volume itu sendiri. Analisa tersebut dapat didasarkan
pada :
- Prodct line
- Segmen pasar (Teritorial,
kelompok pembeli dan sebagainya)”.
Menganalisa
dearah penjualan dengan menghubungkan antara volume masing-masing daerah
berdasarkan product line dari kelompok pembeli yang ada di dalam daerah
penjualan, kemudian mengevaluasi penjualan perusahaan dengan penjualan industri
dengan membuat analisa secara lebih mendalam tentang market share perusahaan
secara total, juga market share berdasarkan product line maupun market share
berdasarkan segmen pasar sehingga perusahaan dapat menentukan penjualan
potensial produk perusahaan, serta dapat mengetahui segmen pasar yang baik
untuk produk tersebut.
Salah satu
cara untuk mencapai tujuan penjualan adalah dengan mengistemasikan penjualan potensial,
sebagaimana dikatakan oleh Basu Swasta (2005: 150). “Penjualan potensial
merupakan tingkat penjualan maksimum yang dapat dicapai oleh penjual”.
Fandy
Tjiptono (1997: 249) memberikan definisi bahwa: “Strategi penjualan adalah
memindahkan posisi pelanggan ke tahap pembelian (dalam proses pengambilan
keputusan) melalui penjualan tatap muka”. Definisi tesebut dapat dikatakan
bahwa proses pemindahan pelanggan dalam tahap pembelian merupakan hasil dari
penjualan tatap muka.
Menurut
Basu Swasta dan Irawan (2005: 404) menyatakan tujuan penjualan dan tujuan umum
perusahaan dalam penjualan yaitu sebagai berikut:
“Tujuan penjualan adalah
usaha-usaha yang dilakukan untuk mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal),
dan mempertahankannya atau bahkan berusaha meningkatkannya untuk jangka waktu
lama.
Perusahaan pada umumnya
mempunyai tiga tujuan umum dalam penjualannya, yaitu:
1.
Mencapai volume penjualan tertentu
Untuk mencapai volume
penjualan perusahaan, perlu adanya kerja sama yang rajin di antara fungsionaris
dalam perusahaan atau dapat dikatakan antara bagian yang satu dengan yang
lainnya dapat bekerja sama dengan kompak sesuai dengan tugas dan fungsi
masing-masing.
2.
Mendapatkan laba tertentu
Untuk mendapatkan laba
tertentu yang diinginkan perusahaan memang tidak mudah untuk mendapatkannya,
oleh karena itu perusahaan menetapkan suatu strategi yang baik untuk
mendapatkan laba seperti dengan promosi, hal ini dipergunakan guna mengukur
keberhasilan suatu penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dalam mencapai
tujuan laba.
3.
Menunjang pertumbuhan perusahaan
Pimpinan (top Manajer)
bertanggung jawab mengukur seberapa besar sukses atau kegagalan yang akan
dihadapinya. Mengukur pertumbuhan suatu perusahaan harus jeli melihat potensi
pesaing, kemampuan tenaga penjualan dan sebagainya”.
Tujuan umum
perusahaan dalam penjualannya dapat dicapai melalui kerjasama antar departemen
dalam perusahaan, dimana setiap manajer dalam perusahaan menetapkan strategi
bagaimana tujuan penjualan bisa tercapai guna mencapai laba tertentu, mendapatkan
laba tertentu, dan pada akhirnya menunjang pertumbuhan perusahaan.
F.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penjualan
Perusahaan
dalam melaksanakan kegiatan penjualan dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagaimana
dikemukakan Basu Swasta (2005: 406), yaitu: “(1) Kondisi dan kemampuan penjual,
(2) Kondisi pasar, (3) Modal, (4) Kondisi organisasi perusahaan, dan (5)
Faktor-faktor lain”.
1. Kondisi dan Kemampuan Penjual
Transaksi
jual-beli atau pemindahan hak milik secara komersial atas barang dan jasa
melibatkan dua pihak yaitu pihak penjual dan pihak pembeli. Penjual harus dapat
menyakinkan pembeli untuk mencapai sasaran penjualan yang diharapkan, selain
itu manajer harus memperhatikan jumlah serta sifat-sifat tenaga penjualan yang
akan dipakai, sehingga dapat dihindari timbulnya kemungkinan rasa kecewa pada
para pembeli pada pembeliannya.
Pihak kedua
yaitu penjual harus memahami beberapa masalah penting yang berkaitan, seperti:
-
Jenis
dan karakteristik barang yang ditawarkan.
-
Harga
produk.
-
Syarat
penjualan, seperti: pembayaran, pengantaran, pelayanan sesudah penjualan,
garansi dan sebagainya.
Masalah-masalah
tersebut di atas sangat penting untuk diperhatikan oleh pembeli sebelum
melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan suatu perusahaan/penjual.
2. Kondisi pasar
Pasar
sebagai kelompok pembeli atau pihak yang menjadi sasaran dalam kegiatan
penjualan akan mempengaruhi pelaksanaan penjualan produk. Faktor-faktor dari
kondisi pasar yang perlu diperhatikan penjual adalah sebagai berikut:
-
Jenis
pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual, pasar
pemerintah, ataukah pasar internasional.
-
Kelompok
pembeli atau segmen pasar yang dituju untuk penjualan barang/jasa.
-
Daya
beli atau kemampuan pembeli dalam segmen pasar tertentu untuk membeli produk
perusahaan.
-
Frekuensi
pembelian atau sebarapa banyak jumlah produk yang akan dibeli oleh konsumen.
-
Keinginan
dan kebutuhan, sejauhmana pasar tersebut memerlukan produk perusahaan.
3. Modal
Modal
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kegiatan penjualan, dimana modal
akan diperlukan perusahaan untuk membawa produk ke tempat pembeli apabila
produk itu belum dikenal dan pasarnya sangat jauh maka diperlukan biaya untuk
mengadakan sarana seperti alat transport, tempat peragaan baik di dalam
perusahaan maupun di luar perusahaan, usaha promosi, dan sebagainya. Usaha ini
hanya dapat dilakukan apabila perusahaan mempunyai sejumlah modal yang
diperlukan untuk kegiatan tersebut.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Perusahaan
besar biasanya mempunyai bagian tersendiri (bagian penjualan) untuk menangani
masalah penjualan yang dipegang orang-orang tertentu/ahli di bidang penjualan.
Perusahaan kecil biasanya masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga
melakukan fungsi-fungsi lain, dikarenakan jumlah tenaga kerjanya lebih sedikit,
sistem organisasinya lebih sederhana, masalah-masalah yang dihadapi serta
sarana yang dimilikinya tidak sekompleks perusahaan besar, biasanya masalah
penjualan ditangani sendiri oleh pimpinan dan tidak diberikan kepada orang
lain.
5. Faktor Lain
Faktor lain
yang mempengaruhi kegiatan penjualan selain keempat faktor di atas seperti:
periklanan, peragaan, kampanye, pemberian hadiah sering mempengaruhi penjualan.
Sebelum pembelian dilakukan, pembeli harus dirangsang daya tariknya misalnya
dengan memberikan kemasan yang menarik atau dengan cara promosi lainnya. Bagi
perusahaan yang memiliki modal yang kuat kegiatan tersebut dilakukan secara
rutin, sedangkan bagi perusahaan yang modalnya relatif kecil kegiatan ini
jarang dilakukan.
F.
Pengaruh Sistem Informasi Pemasaran
Terhadap Tujuan Penjualan Produk
Sistem
informasi pemasaran sebagai sistem yang terdiri dari sub-sub sistem yang saling
berhubungan satu sama lain untuk mengumpulkan, menganalisa, mengevaluasi, dan
mendistribusikan informasi dengan tepat waktu dan akurat yang digunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan pemasaran bagi perusahaan dalam mencapai tujuan
penjualan.
Sistem
informasi pemasaran sebagai media untuk mendapatkan informasi pemasaran yang
dibutuhkan manajer pemasaran dalam mengambil keputusan dalam bisnis yang
berorientasi ke masa depan, maka komponen sistem informasi pemasaran seperti sistem
pencatatan internal, sistem intelijen pemasaran, sistem riset pemasaran, dan
sistem pendukung keputusan pemasaran sangat diperlukan dalam melaksanakan sistem
informasi pemasaran dalam upaya mencapai tujuan penjualan produk, untuk itu
perlu dikembangkan sistem informasi pemasaran yang efektif. Dikemukakan oleh
Wiliam J. Stanton (1996: 55) diterjemahkan oleh Yohanes Lamarto bahwa: “Kemampuan
sebuah sistem informasi pemasaran dalam menyimpan data dan memaparkannya
kembali, memungkinkan terkumpulnya dan terpakainya aneka data yang lebih luas.
Manajemen senantiasa dapat memonitor dengan lebih terperinci prestasi produk,
pasar, karyawan penjualan, dan berbagai unit pemasaran lainnya”.
Sistem
informasi pemasaran mempunyai pengaruh terhadap tujuan penjualan, dimana tujuan
penjualan akan tercapai apabila pemasaran produk itu ditunjang oleh sistem
informasi pemasaran yang menyerap dan menghasilkan informasi yang akurat, sehingga
kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan prinsip dapat memuaskan keinginan dan
kebutuhan konsumen, mencapai volume penjualan, kerjasama antara bagian dalam
perusahaan. Jelas dikatakan oleh M. Mursid (1997: 15) bahwa :
“Pada hakikatnya konsep pemasaran ada 3 (tiga)
elemen pokok yaitu :
- Orientasi konsumen
- Volume penjualan yang menguntungkan
- Koordinasi dan integrasi secara keseluruhan
kegiatan pemasaran dalam perusahaan”.
Perusahaan
yang berorientasi kepada konsumen, dimana segala sesuatu yang dilakukan oleh
perusahaan, baik itu menyangkut produk, kebijakan maupun hal lain yang
berurusan dengan masyarakat harus memperhatikan tindakan atau akibat yang akan
menyertainya. Sistem informasi pemasaran menuntut perusahaan senantiasa
memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga konsumen tidak
dikecewakan oleh perusahaan.
Sistem
informasi pemasaran mengontrol kelancaran setiap kegiatan pemasaran mulai dari
bahan diproduksi sampai dengan produk sampai ke tangan konsumen, sehingga
perusahaan mencapai volume penjualan yang diinginkan dan pada akhirnya
mendapatkan keuntungan atau laba.
Koordinasi
dan integrasi seluruh kegiatan pemasaran untuk memenuhi kebutuhan dan memberikan
kepuasan kepada konsumen, bahwa setiap bagian dalam perusahaan bekerja secara harmonis
dalam satu usaha untuk mencapai tujuan perusahaan.
Komentar
Posting Komentar